Jakarta - Mobil-mobil lawas maupun baru - baik sedan, MPV maupun SUV - mungkin sudah mengganti lampu utama standar dengan jenis High Intensity Discharge (HID) atau Xenon. Warnya diklaim lebih terang dan irit energi pula.
Tapi, bukan berarti, saat jalan malam jadi aman alias tidak punya masalah. Bisa saja, tiba-tiba mendadak mati. Sebaliknya, jika sampai salah pilih temperatur warna (dihitung dengan satuan Kelvin), justru akan menyulitkan pengemudi. Terutama, kala menghadapi hujan, saking terangnya, cahaya tidak bisa tembus.
Sekadar informasi, umumnya lampu standar mobil mempunyai temperatur 4.200 Kelvin, sedang yang pencahayaannya berwarna putih sekali di atas 6.000 Kelvin. "Untuk keamanan dan kenyamanan, sebaiknya tidak lebih dari 6.000 Kelvin," saran Dandan, Supervisor Mekanik Autovision Jakarta.
Dalam usia pemakaian, HID bisa sampai 2.000 jam, sedang jenis halogen hanya sekitar 400 jam. Hanya, dalam pengaplikasian, HID tak segampang halogen karena ada beberapa komponen pendukung.
Seperti HID perlu ballast yang bertugas menaikkan dan mengubah tegangan input (12V DC) menjadi tegangan yang diperlukan untuk melakukan proses 'pembakaran' (Gbr.2). Itu diperlukan lantaran HID mempunyai komposisi gas xenon dan garam metal (termasuk mercury) yang dipanaskan padategangan tinggi sekitar 25KV.
Tiba-tiba lampu HID padam. Dandan memberikan tips cara mendeteksinya yang dimulai dari paling mudah seperti di bawah ini.
1. Periksa soket-soket sambungan (Gbr.3), mungkin ada yang kendur atau lepas. Bila itu yang terjadi, tidak ada arus listrik yang masuk ke lampu.
2. Bila tak yang kendur, lanjutkan ke ballast. Lepas yang berada di lampu kiri dan pindahkan ke lampu kanan menggantikan posisi yang kanan. Ternyata, lampu menyala, berarti ballast lampu kanan rusak.
3. Ballast sudah diganti dan lampu tetap mati, berarti kerusakan pada bohlam (Gbr.4). Untuk lebih menyakinkan lagi, coba pindahkan bohlam kiri ke kanan dan tetap padam, sudah pasti bohlamnya yang rusak. (mobil.otomotifnet.com)
Editor | : |
KOMENTAR