1. Pedagang mobil bekas rumahan biasanya mencari-cari mobil untuk dijual lagi dari pemilik langsung. Biasanya lewat pengiklan di koran atau internet, untuk kemudian dijual lagi di rumahnya. Tapi karena keterbatasan tempat, pembeli tidak punya banyak pilihan di pedagang rumahan.
“Beli dari orang yang jualan atau makelar. Karena tempatnya terbatas, paling sekali jualan 2 mobil aja,” bilang Radite Aji Wendra yang menjalani bisnis jual beli mobil di rumahnya di kawasan Cipete, Jaksel selama 3 tahunan.
2. Mobil biasanya tak melewati banyak tangan. “Biasanya pedagang rumahan ambil dari pemakai langsung. Kalau ada yang perlu dibenerin, ya kita rekondisi dulu sebelum ditawarkan,” lanjut Wendra yang baru membuka showroom-nya sendiri sekitar sebulanan lalu.
“Surat pasti sudah saya cek, minimal masih berlaku antara 3 sampai 4 bulan, jadi enggak terlalu mepet. Sebelum ambil saya tanya dulu bisa pinjam KTP untuk perpanjangan surat atau mesti balik nama. Saya enggak bantu urus, hanya bantu nerusin dari pembeli ke pemilik lama,” kata pemilik showroom Equator di Terogong, Jaksel ini.
4. Karena transaksi dilakukan di rumah, metode pembayaran juga terbatas. “Enggak bisa leasing, harus cash. Kalau mau leasing harus pakai bendera showroom,” ujar Wendra.
Tips :
- Kalau awam soal teknis, sebaiknya ajak teman yang paham soal mobil supaya tidak tertipu.
- Jangan buru-buru, jangan hanya lihat di tempat. Bandingkan harga dan kondisi paling tidak di 3 pedagang.
- Cari referensi harga untuk menawar. Rumahan tak selalu lebih murah.
SHOWROOM
1. Pembeli punya banyak pilihan. Di showroom pedagang menawarkan lebih dari 1 mobil. “Kalau belinya di sentra mobil bekas, bisa langsung membandingkan mobil dan harga antar toko atau showroom. Kalau jadi, bisa langsung cek atau beresin kondisinya di bengkel. Semua ada di satu area, satu gedung,” kata David Kamil, pemilik showroom mobil bekas Performa Motor di Bursa Mobil Gading, Jakut.
2. Soal surat juga lebih mudah. Sejumlah showroom bonafit bahkan berani memberikan jaminan keabsahan surat-surat kendaraan yang dijualnya. “Kalau surat-suratnya bermasalah, mobil bisa dibalikin, uang kembali,” lanjut David yang menyediakan layanan proses kredit, perpanjang STNK atau balik nama untuk konsumennya lewat biro jasa rekanannya.
3. Tampilan pasti mulus, karena pedagang tak mungkin memajang mobil yang kondisinya jelek untuk menarik pembeli. “Beda sama jual ke pedagang, yang kasih apa adanya. Kalau jual ke konsumen, pembeli di showroom maunya perfect. Mobil pasti sudah saya rekondisi. Kalau perlu dicat ya dicat dulu, mesin diberesin sampai ganti ban kalau udah parah,” bilang Eko Ristanto, pemilik showroom Refki Motor di Bogor.
4. Mobil biasanya dalam kondisi siap pakai. “Keluaran 2010 atau lebih biasanya cuma perlu servis biasa untuk cek semua,” kata David.
5. Showroom tertentu bersedia membantu dan menanggung kalau terjadi masalah teknis dengan mobil yang baru dibeli. “Tergantung situasi, kalau bukan karena kesalahan pembeli, kita bantu ambil alih perbaikan,” kata David. “Memang tak ada warranty tertulis, tapi kita pasti bantu cari solusi yang sama-sama enak,” lanjut Eko.
6. Banyak pilihan metode pembayaran : cash, leasing, debit sampai transaksi online. Showroom biasanya menjalin kerjasama dengan finance company.
Tips :
- Pilih showroom yang jelas kredibilitasnya. Cari referensi dari teman, saudara atau komunitas.
- Jangan takut untuk nawar. “Pedagang kan maunya laku lebih cepat dan untung, daripada nahan mobil lama-lama,” ungkap David.
- Jangan tergiur tawaran angka lebih kecil atau murah. Cek lagi masa berlaku pajak dan kondisi kendaraan. Bisa jadi lebih murah karena masa berlaku pajaknya lebih pendek atau ban sudah jelek. Ujung-ujungnya, pengeluaran malah lebih besar.
Editor | : | billy |
KOMENTAR