Baca berita tanpa iklan. Gabung Gridoto.com+

Kisah Sabuk Ajaib

Editor - Selasa, 12 Oktober 2010 | 09:00 WIB
No caption
No credit
No caption

No caption
No credit
No caption

OTOMOTIFNET - Tidak banyak yang mau berpusing kepala cek kondisi sebuah benda berbentuk sabuk karet lebar atau kecil berputar di sela-sela mesin mobil. Padahal jika umurnya tiba dan putus, semua agenda penting langsung bubar karena mesin, AC hingga kelistrikan mobil bisa stop berputar.

 Ya semahal apapun mobil Anda, fungsinya bergantung pada sabuk ajaib yang bisa berupa v-belt, timing belt hingga ribbed belt. ”Sangat banyak hal penting di dalam sebuah belt,” terang Torsten Seifried, managing director Optibelt Asia Pasific, saat menemani OTOMOTIF berkunjung di pabrik Optibelt,  di Hoxter, Jerman.

Bisa dibayangkan kerja dari sabuk ini. Semisal berputar ribuan hingga menyentuh sepuluh ribuan putaran permenit, pada mesin berperforma tinggi. Jangan lupa belt juga menyalurkan power mesin. Sekitar 10-15% dari tenaga mesin digunakan untuk menggerakan kompresor AC, alternator, kipas hingga valve.

Sabuk juga dituntut tahan panas, tetap elastis namun keras. Elastis jika digerakan sesuai arah putaran. Namun tetap kaku dan keras jika ditekuk dari samping. Karet sendiri ternyata bukan  satu-satunya material yang dominan.

So what is in a belt?

V-Belt
Contohnya bisa ditemui seperti pada mesin K-series Toyota Kijang, tipe v-belt memang sudah berkurang pemakainya. “Bisa dibilang inilah belt bagi mobil era tahun 70-90’an,” terang Acing, pemilik Sakura motor, toko penjual spare-part Suzuki di Pasar Mobil Kemayoran(PMK), Jakpus. Kelemahannya yakni mudah selip, berisik, rentan terhadap air, oli dan panas. Bahan yang terkandung biasanya fabric, low stretch polyster cord dan rubber compound.

Usia Belt
Berapa lama belt bisa dipakai? Ternyata sebaiknya patuh pada anjuran produsen mobil. “Belt kebanyakan dibuat berdasarkan spek dari perakit mobil,” tambah Torsten yang berkantor di jalan Loyang Way, Singapura ini. Semisal  40 ribu km, timing belt harus diganti. Begitu juga dengan ribbed belt pada tiap 50 ribu km. Namun ada juga yang dipesan untuk 100 ribu km. Misalnya pada sedan mewah atau  bermesin kompak tapi rumit. “Alasannya lebih kepada kesulitan saat mengganti belt. Sehingga ongkos kerja lebih mahal daripada harga beltnya,” terang pria 34 tahun ini.

Kekencangan belt juga berpengaruh. Sebaiknya sesuaikan dengan setelan pabrik atau berdasar auto tensioner.  Pemakaian tools untuk mengukur tekanan lebih baik daripada pakai feeling.

No caption
No credit
No caption

V-Belt
No caption
No credit
No caption

Usia belt
No caption
No credit
No caption

Pengaruh panas-oli
No caption
No credit
No caption

Timing Belt

Pengaruh Panas-Oli
Anda benar, performa dan keawetan belt terganggu jika terkena panas, oli, air hingga debu. Belt bisa slip, berisik hingga putus karena kotoran ini. Makanya usahakan belt selalu bersih. Jika terkena air sih mending karena bisa cepat kering.

Kalau Anda jeli dipasaran bisa melihat kode dari belt yang dirancang memiliki ketahanan khusus. Misalnya kode material CR atau chloroprene, bisa bertahan pada suhu kerja hingga 90 derajat celcius. Sementara HR(heat resistance) aman hingga 140 derajat celcius dan lebih tahan akan oli. “Beda harganya lebih mahal HR sekitar 20 persen,” terang David, brand manager PT Sumber Berkat, distributor Optibelt di tanah air. Ayoo pilih mana.?

TIming Belt
Fungsi belt ini terpenting dari semua belt yang ada. Gunanya menyelaraskan dan menyalurkan putaran kruk-as dengan noken as. Sehingga proses buka tutup klep sesuai dengan posisi piston berikut timing percikan api yang dikeluarkan busi. Jika sabuk ini putus maka mesin akan mati mendadak.

Sayangnya, bagi yang enggak tahu akan start ulang mesin. Sehingga berakibat kerusakan yang lebih parah seperti klep yang bengkok karena terbentur dengan kepala piston di ruang bakar. Tak heran biasanya material timing belt dibuat lebih kuat terdiri dari lapisan seperti wear resistant rubber compound, fibber glass cord, shear resistant rubber compound dan polyamide.

Pakai Belt Dressing?
Boleh saja pakai belt dressing untuk menghilangkan bunyi belt. Namun cuma bertahan sebentar atau paling jauh sekitar 100 km. Sebaiknya periksa ketegangan belt, cek laher atau tensioner, hingga kondisi pulinya. putaran mesin tinggi bahkan hingga 10.000 rpm tidak akan membuat belt berkurang kemampuannya. Justru faktor bearing atau puli yang tidak center lebih banyak memotong umur belt. Jangan lupa atur kekencangan dengan jarak main 5-7 mm.

Pada bengkel terkenal dan di pabrik pembuat belt, lazim digunakan alat pengukur kekencangan. Bisa yang bekerja berdasarkan frekuensi ultrasonik hingga laser pointer.

Ribbed Belt
Semakin banyak mobil modern yang memakai ribbed belt. Sabuk beralur dalam ini lebih tangguh dari v-belt dalam menyalurkan putaran kruk as ke pompa power steering, alternator hingga kompresor AC. Semakin banyak alur yang dimiliki makan akan semakin berkurang gejala slip, getar, tahan oli dan tidak berisik. Bahan yang dipakai biasanya terdiri dari low stretch polyster, high adhesion cushion compound dan wear resistant rubber compound.

No caption
No credit
No caption

Belt Dressing
No caption
No credit
No caption

RIbbed Belt
No caption
No credit
No caption

Elastic Belt
 

Jeffrey dan Torsten (kiri-tengah). Kualitas belt tergantung macam 'adonan' bahan baku

Ada Elastic Belt Nih!
Memasang belt baru bisa disebut hal paling ribet. Jika Anda ke bengkel ongkos pasangnya kerap lebih mahal daripada beltnya. Namun ada belt tipe terbaru yang dirancang untuk mempermudah proses pasang. Namanya Elastic EPK ribbed belt seperti yang OTOMOTIF lihat di Optibelt booth, Hall 5.1 Automechanika, Jerman.

Tanpa perlu kunci, tenaga dan cukup pakai pengganjal alias MT-A (Mounting Tool - Automotive), belt yang elastis ini langsung bisa terpasang. “Meski bisa melar namun tidak akan putus atau lepas saat berputar kencang,” terang Jeffrey Ho, sales manager Optibelt Asia Pasific. Untuk sementara tersedia baru tersedia untuk beberapa varian sedan Eropa

Test Produk Belt
Proses ujicoba produk belt ternyata berliku dan sangat serius. Seperti yang OTOMOTIF lihat di Optibelt Hoxter Factory, 250 km timur kota Frankfurt, Jerman. Suplayer OEM merek mobil Eropa seperti BMW hingga Porsche ini, lazimnya menerima contoh mesin mobil yang akan diproduksi sebelum dilepas kepasaran.

“Lantas akan diolah spesifikasi seperti ketahanan yang diinginkan, panjang belt, tipe, material hingga kesenyapan saat belt berputar,” terang Torsten yang juga berkantor di Songjiang District, Shanghai, Cina. Lewat bahan baku karet alam yang salah satunya disuplai dari Indonesia ini, rubber akan disatukan dengan benang, fiberglass hingga fabric.

Nah adonan yang jumlahnya bisa hingga 150 macam ini yang akan menentukan performa belt secara keseluruhan. Selanjutnya belt akan dimilling dan cutting pakai komputer secara presisi. Setelah jadi langsung dipasang di mesin mobil dan mengalami non-stop test saat mesin nyala.


Penulis/Foto: Bill / Billy, Reza

Editor : Editor

Sobat bisa berlangganan Tabloid OTOMOTIF lewat www.gridstore.id.

Atau versi elektronik (e-Magz) yang dapat diakses secara online di : ebooks.gramedia.com, myedisi.com atau majalah.id



KOMENTAR

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

YANG LAINNYA

loading
SELANJUTNYA INDEX BERITA
Close Ads X
yt-1 in left right search line play fb gp tw wa