Perang diskon akan memperkeruh stagnasi pasar tahun 2015
Jakarta - Fluktuasi nilai tukar Rupiah terhadap Dolar AS membuat harga mobil baru perlahan juga mengalami kenaikan. Terlebih angka psikologis yang sering disebut-sebut akan memicu kenaikan harga adalah saat angka Rp 12.500 terjadi terhadap 1 Dolar AS. Masalahnya, angka ini sudah di depan mata.
“Kalau kami tidak berpatokan di angka itu, karena langkah awal pasti dilakukan dulu sejumlah langkah efisiensi internal,” ujar Jonfis Fandy sebagai Marketing & Aftersales Service Director PT Honda Prospect Motor (HPM). Langkah efisiensi internal yang dimaksud contohnya menambah kandungan lokal maupun menambah produksi.
Suparno Djasmin, Wakil Presiden PT Toyota Astra Motor (TAM) lebih menekankan atas naiknya BBN (Bea Balik Nama) sebagai awal naiknya harga mobil baru Toyota. “BBN sendiri kan tiap tahun memang terjadi penyesuaian,” sebutnya.
Senada dengan Jonfis, Suparno menjelaskan kalaupun dilakukan naik harga maka opsi efisiensi internal lebih dahulu harus dilakukan. “Kalaupun naik harga tidak bisa serta merta agar konsumen tidak akan terbebani.”
Menurut Jonfis lagi, kenaikan nilai tukar Dolar AS terhadap mata uang Rupiah sendiri tidak berimbas pada kenaikan harga mobil di persentase yang sama. Biar begitu, jika fluktuasi kurs rupiah terus berlanjut maka pihak pemasok akan butuh kenaikan biaya. Hal ini yang nantinya akan membuat harga bergerak naik.
Apakah naik harga kali ini harus dilakukan mengingat belum terlalu lama harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi naik harganya walaupun kemudian turun lagi? Suparno menyebutkan bahwa dari segi produsen, porsi energi dari bahan bakar minyak tidak besar. Ia lebih menyoroti kalau harga BBM diharapkan bisa menekan besaran inflasi sehingga konsumen diharapkan bisa punya ruang daya beli yang lebih baik untuk membeli mobil baru.
Toyota sendiri harga baru yang signifikan ada pada barisan MPV. Avanza versi 1.3L seri E M/T kini dihargai Rp 170,55 juta alias naik harga Rp 6,4 juta. Varian Veloz Luxury 1.5L A/T sekarang harganya Rp 218,3 juta, naik Rp 7,6 juta.
Mobil baru Honda dilabeli harga baru per Januari 2015. “Rentangnya mulai Rp 500.000 hingga Rp 5 juta,” kata Jonfis saat ditemui pekan lalu (14/1).
Brio Satya merupakan produk Honda yang mengalami naik harga paling kecil (Rp 500.000) dan Mobilio terkerek harganya sebesar Rp 5 juta. Jonfis yakin bahwa meski naik harga tinggi (Rp 5 juta)namun dengan tingginya penjualan Mobilio diyakininya pasar masih akan bisa menyerap harga baru itu.
Meskipun kondisinya memang diakui berat, kalau tidak bisa disebut stagnan, Jonfis mengutarakan harapannya bahwa kondisi ekonomi Indonesia akan membaik di semester kedua 2015. Selain itu soal perang diskon yang dahsyat selama paruh kedua tahun lalu juga diharapkan mereda.
“Selama lebih dari 20 tahun bekerja di dunia otomotif, kondisi diskon tahun lalu sudah di luar bayangan saya,” urainya. Walaupun ia menyebutkan bahwa diskon akan tetap diberikan ke konsumen namun pada tingkatan yang wajar supaya resale value tidak anjlok.
Harapan akan semester dua 2015 yang lebih juga diutarakan oleh Rahmat Samulo sebagai Direktur Marketing TAM. Ditemui saat media gathering (19/1), ia mengutarakan keinginannya agar pemerintah benar-benar merealisasikan berbagai rencana ekonomi seperti pembangunan infrastruktur.
Itu diyakini akan bisa menggerakan perekonomian, demand terhadap mobil baru pun diyakini akan tumbuh lagi. • (Otomotifnet.com)
Editor | : | Otomotifnet |
KOMENTAR