Baca berita tanpa iklan. Gabung Gridoto.com+

Komparasi Uber VS Taksi Biasa

Kamis, 4 September 2014 | 07:06 WIB
No caption
No credit
No caption



OTOMOTIF menjajal layanan Uber pada hari Minggu. Pemesanan dilakukan lewat aplikasi. Responnya ternyata cepat, hanya 5-10 menit setelah pemesanan, sopir yang dipilih langsung menghubungi OTOMOTIF untuk memastikan titik penjemputan.

Sekitar 15 menit setelah konfirmasi, Toyota Innova yang dipilih OTOMOTIF sampai di titik penjemputan di STC Senayan. OTOMOTIF memilih rute STC Senayan-kawasan SCBD di sekitar Sudirman.

Mobil dalam kondisi bersih, tak ada bau rokok atau bau tak sedap lain, AC dingin. Sopir dibekali 1 handphone di dashboard yang menunjukkan aplikasi Uber. Segala urusan pemesanan dan transaksi dilakukan lewat handphone tersebut. Standar mobil sewaan, penumpang disediakan tissue dan botol air mineral ukuran kecil. Ini yang tidak ditemui di taksi biasa.

Sopir juga sopan dan fasih menjelaskan masalah Uber dan armadanya. Termasuk keheranan OTOMOTIF mengenai mobil yang polos tanpa embel-embel Uber Technologies atau Uber Taksi.“Uber ini sebenarnya bukan taksi. Tapi aplikasi untuk memesan mobil sewaan. Uber bekerjasama dengan 9 rental mobil di Jakarta, mereka yang menyediakan aplikasi untuk pemesanannya,” papar sang sopir.

OTOMOTIF menyerahkan pemilihan rute ke SCBD pada sang sopir. Jalur yang dipilihnya bukan yang terpendek, dari STC Senayan lurus kearah Bundarah HI, memutar dan baru kembali kearah SCBD. Sebenarnya ada rute lebih dekat, tapi jalur ini memang paling mudah karena lurus.

Untungnya karena perjalanan dilakukan pada Minggu siang, jalan Sudirman tidak terlalu padat. Di hari kerja, jalur yang dipilih ini pasti bikin penumpang dan sopir sakit kepala. Tak hanya ramai, tapi juga ada proyek monorail. Memakan waktu, tagihan pun membengkak. Jadi akan lebih baik kalau penumpang juga memahami dan mengecek dulu route yang akan dilewatinya.

Di SCBD, OTOMOTIF hanya mampir di salah satu outlet selama kurang lebih 15 menit dan meminta mobil untuk menunggu. Selama menunggu, argo atau charge layanan akan berjalan terus. Ini juga layanan yang biasanya hanya diberikan taksi premium seperti Silver Bird, White Horse atau Express Premium. Taksi biasa umumnya tidak bersedia menunggu.

“Bisa saja diputus dulu, lalu pesan lagi. Tapi belum tentu mendapat mobil dan sopir yang sama. Bisa saja yang tadi sudah dipesan orang dan ganti orang lain,” lanjut sopir.

Dari SCBD, OTOMOTIF menuju Senayan City di jalan Asia Afrika. Sopir menunjukkan tanda rute dan layanan berakhir di handphone-nya. Di situ tertera detail perjalanan. Route sejauh 16,26 km dalam waktu 54.28 menit, serta total tagihan sebesar Rp 80 ribu.

Detail perjalanan dan tagihan ini langsung dikirim ke email dan ditagihkan ke kartu kredit. Semua transaksi dilakukan secara online, tanpa uang tunai. Termasuk parkir dan tol, dibayarkan oleh sopir.“Kita semua yang membayarkan parkir dan tol. Penumpang tak perlu mengeluarkan uang. Tapi memberi tips bila puas dengan layanannya, boleh-boleh saja,” kata sopir.

Setelah perjalanan, penumpang bisa langsung memberikan feedback atau evaluasi atas layanan sopir dan kendaraan yang baru digunakan.“Kalau tidak puas, kasih saja 1 bintang yang paling rendah. Sebaliknya saya juga memberikan rating untuk penumpang yang baru saya antar ke Uber, mbak. Bagaimana perilakunya jorok di dalam mobil, merokok dan sebagainya,” ungkap sopir.


Editor :

Sobat bisa berlangganan Tabloid OTOMOTIF lewat www.gridstore.id.

Atau versi elektronik (e-Magz) yang dapat diakses secara online di : ebooks.gramedia.com, myedisi.com atau majalah.id



KOMENTAR

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

YANG LAINNYA

loading
SELANJUTNYA INDEX BERITA
Close Ads X
yt-1 in left right search line play fb gp tw wa