Spanyol – Seri keempat MotoGP di sirkuit Jerez, Spanyol akhir pekan ini, bisa jadi salah satu tonggak utama menuju perebutan gelar juara dunia 2015.
Jerez jadi tradisi seri pembuka MotoGP di benua Eropa. Di sinilah dimulainya fase pengembangan dan menunjukkan kemampuan sesungguhnya tim dan pembalapnya.
Pimpinan klasemen Valentino Rossi sudah 8 kali menang di Jerez, terakhir kali menang 6 tahun lalu. “Sekarang kita akan kembali ke Eropa dan banyak trek yang saya suka,” kata juara dunia MotoGP 7 kali.
Menurutnya, sekarang ia harus konsentrasi di setiap lomba, Jerez yang pertama. Tahun lalu di sini pembalap Yamaha itu finish runner-up di belakang pembalap Honda, Marc Marquez.
Persaingan telah berubah, setiap akhir pekan (lomba) punya cerita lain. “Tetapi kita harus coba berjuang naik podium di Jerez,” imbuh Rossi.
Rekan setimnya, Jorge Lorenzo yang di tiga seri sebelumnya finish tertinggi urutan 4, berharap menemukan cara kembali ke jalur perebutan gelar.
“Musim belum berjalan baik, kita akan lihat apakah di Jerez akhirnya ada kesempatan bagi saya naik podium,” ujarnya.
Sementara Andrea Dovizioso yang selalu runner-up di 3 seri pertama, terpaut 6 point dari Rossi. Ducati GP15 tunggangannya sangat bagus, kemenangan pertama pasti sangat ditunggu. Namun ia tidak yakin terwujud di Spanyol.
“Kami akan sangat kompetitif, tetapi bisakah kami meraih kemenangan? Saya tidak yakin,” tuturnya.
“Melihat tiga balapan pertama apapun bisa terjadi, tetapi di semua balapan itu kami hampir menang dan membuat perbedaan sangat besar dibanding tahun lalu,” terangnya.
Juara dunia bertahan Marquez membuat dua kesalahan besar di 2015. Namun ia sangat tangguh, sehingga tidak perlu menunggu ia bisa kembali kencang dan berjuang untuk menang.
“Jelas Valentino memiliki banyak pengalaman, tetapi untuk kejuaraan yang penting adalah bahwa kami sudah bagus dan telah kembali untuk menang bahkan di Jerez,” urai Marquez.
Jerez bisa jadi tolok ukur sesungguhnya kekuatan pembalap dan tim dalam mengejar titel juara. (otosport.otomotinet.com)
Editor | : | Dimas Pradopo |
KOMENTAR