BEDA SUDUT PANDANG, AMBIL POSITIFNYA
Jakarta - Dechamps Arnaud PhD, direktur El Rhino Trial Park, sekolah trial dan enduro di SDC Serpong, Banten mempercayai jika trial sebagai basis beragam olahraga off-road bermotor. Ia sejak lama menyorot masalah pelatihan dasar untuk olahraga ini dan yakin trial bisa mengangkat skill seseorang untuk terjun ke cabang lainnya, motocross, supercross, enduro dan freestyle. Orang trial bisa naik motor motocross, supercross dan enduro. Tapi kalau dibalik, tidak bisa, begitu ucapnya.
Irwan Ardiansyah
Namun dalam kesempatan terpisah, juara nasional motocross, Irwan Ardiansyah menyebut trial, enduro dan motocross adalah hal yang berbeda.
Ini jika disebut trial adalah basis dari motocross. Menurutnya, di trial enggak ada street (trek lurus) dan lebih cocok sebagai basic keterampilan dengan kecepatan rendah.
“Kalau dari trial ke sirkuit (motocross) susah. Belajar naik motor itu paling gampang di trek lurus lalu semakin lama semakin kencang. Di trial enggak ada. Lalu ngerem, perlu menguasai teknik rem dulu. Lalu teknik di tikungan, awal mula itu dulu. Bagusnya trial, bisa punya keterampilan balance. Dari situ bagus ke jumping. Di motocross jumping tahap dasar ada, dari trial bisa juga tapi lama,” paparnya.
Dechamps Arnaud
Lebih lanjut, ia menilai kalau enduro sekitar 70 persen sama dengan trial dan sementara motocross 40 persen sama. “Jarang dari trial main ke motocross. Motocross main ke enduro banyak. Umumnya pertama balap dulu baru terjun ke freestyle. Coba lihat saja freestyler dari luar yang biasa main di sini, umumnya mereka pernah di motocross,” lanjut Irwan.
Nah, bicara mengenai dua hal ini memang mengundang perdebatan. Namun bukan berarti untuk membandingkan atau membenturkan dua kubu. Melainkan mencoba menggali dari sudut berbeda. Sehingga lebih baik melihat sisi positifnya bahwa apapun jalannya, motocros-supercross Indonesia bisa semakin maju. • (otomotifnet.com)
Editor | : | Dimas Pradopo |
KOMENTAR