Bentukan asli sudah enggak ada
Tiga minggu kemudian sekalian turing klub ke Puncak, Dimas baru bisa membawa pulang motor ini, riding langsung ke Bekasi. Bentuk yang menurutnya, ‘nggak banget’ itu langsung diubah total. Bukan apa-apa, untuk penyuka estetika chopper misalnya, desainnya nanggung banget. Rake rapat, ground clearance tinggi dan kurang slim.
Buntut menjadi tilikan utama, Tangki Thunder 250 yang gede direm simpelnya setang jepit
Tapi, sebelum ‘gatel’ merombak bodi, Dimas harus konsen dulu ke mesin. Ini juga jadi masalah, pasalnya dapur pacu buatan Cina ini kurang mumpuni di jalanan. Tenaga dan akselerasinya bolot. “Begitulah. Lantas teringat 2 mekanik sobat gue untuk merehab mesinnya. Urusan bore up sampai 200 cc diserahkan sepenuhnya pada sahabat sesame life member, Bro Jawir dari RPM Ciganjur,” jelasnya.
Customized pelat buatan Hantu Laut, Single seat dan kelir glitter
Nggak lagi memble, ia langsung konsen bodi motor. Untuk soal ini, estetika utama diserahkan pada customizer di Hantu Laut.
Desain yang disasar, café racer murni. Kali pertama, tangki asli Dayang disimpan diganti tangki Thunder 250 plus kaki-kaki yang lebih berisi dengan masukan dari variasi pelek Honda Tiger.
TWIN PORT DAN BUNTUT JADI ANDALAN
Café race tergolong modif minimalis. Untuk soal ini, bro dari Hantu Laut sudah banyak pengalaman menuntaskan estetika mumpuni.
Desain buntut tawon di belakang jadi sisi paling dominan. Dimas dan mereka harus jeli menerapkan dimensi pas.
Pilihan tangki Thunder 250, sedikit ‘memakan’ dimensi mesin kecilnya. Tapi, masih estetis. ”Dikuatkan twin port satu silinder dengan dua lubang knalpot. Mengisi ruang kosong di motor ini,” jelas Dimas lagi. (motorplus-online.com)
DATA MODIFIKASI
Bodi : Full pelat
Lampu :Variasi
Pelek depan : 2,50x17
Pelek belakang : 3,50x17
Editor | : | billy |
KOMENTAR