Mengangkut lebih berat, kudu buka gas lebih besar agar jangan tekor
Menghadapi isu kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM), pengendara kudu punya strategi. Tidak usah sampai memodifikasi mesin agar lebih irit. Tak perlu juga menurunkan beban yang biasa diangkut agar tenaga mesin lebih efisien. Tapi, cukup mengenali kondisi standar mesin dan kebiasaan berkendara.
Memodifikasi mesin agar lebih irit bisa membuat mesin cepat panas. Mengurangi beban bawaan juga nggak bisa. Tapi, seperti kata Handy Hariko, sebenarnya mengirit BBM bisa disiasati lewat mengenali rasio tenaga motor dan beban yang dipikul. Buat agar keduanya bisa seimbang. "Perbandingan tenaga mesin yang dikeluarkan dan bobot pengendara plus motornya ini mempengaruhi konsumsi bahan bakar," sebut bapak yang menjabat Deputi Technical Service Division, PT Astra Honda Motor (AHM) itu.
Untuk bisa mengetahui power motor, bisa dari spek yang dikeluarkan pabrikan. Tapi, bisa juga dengan mengenali karakter tunggangan kita sendiri. Bicara spesifikasi mesin, pabrikan mendesain agar tenaga puncak motor didapat pada putaran mesin yang sudah ditentukan. "Biasanya, tenaga mulai terasa di rpm 3.000. Kalau top torsinya bervariasi. Bisa di kisaran 6.000 rpm," tegas Handy lagi.
Pabrikan sendiri ada yang mencantumkan kisaran putaran mesin yang efisien. Biasanya di angka 3.000 - 6.000 rpm. Tetapi, secara manual, tenaga motor bisa dikenali saat menggebernya. Jika kita geber motor di bawah kisaran rpm tadi, biasanya motor jalan tersendat. Ndut-ndutan. Ini karena tenaga yang dikeluarkan mesin tidak seimbang dengan bobot yang harus dipikul. Nah, kalau ciri putaran mesin sudah pas dengan beban, saat gas dibuka lebih besar, maka motor akan cepat melaju.
Handy juga mengingatkan, seiring dengan penambahan beban, maka tenaga untuk menggerakan motor pun meningkat. Putaran mesin untuk mengail tenaga itu pun jadi ikut meninggi. "Jadi, agar tidak ngedrop, cukup menjaga agar putaran mesin seimbang dengan bobot yang ditanggung mesin," tukasnya lagi.
Ini juga dapat dirasakan secara manual. Cukup deteksi apakah motor terasa tersendat atau tidak. Jika agak tersendat, coba puntir gas lebih banyak. Naikkan putaran mesin. Jika laju motor sudah lancar, berarti perbandingan beban dan tenaga motor sudah seimbang. "Jika ingin menambah kecepatan, boleh menaikan putaran mesin lagi. Tapi, usahakan agar mesin tidak sampai menggerung. Sebelum menggerung, pindahkan gigi percepatan," wanti Handy.
So, jangan acuhin bobot! (motorplus-online.com)
Memodifikasi mesin agar lebih irit bisa membuat mesin cepat panas. Mengurangi beban bawaan juga nggak bisa. Tapi, seperti kata Handy Hariko, sebenarnya mengirit BBM bisa disiasati lewat mengenali rasio tenaga motor dan beban yang dipikul. Buat agar keduanya bisa seimbang. "Perbandingan tenaga mesin yang dikeluarkan dan bobot pengendara plus motornya ini mempengaruhi konsumsi bahan bakar," sebut bapak yang menjabat Deputi Technical Service Division, PT Astra Honda Motor (AHM) itu.
Untuk bisa mengetahui power motor, bisa dari spek yang dikeluarkan pabrikan. Tapi, bisa juga dengan mengenali karakter tunggangan kita sendiri. Bicara spesifikasi mesin, pabrikan mendesain agar tenaga puncak motor didapat pada putaran mesin yang sudah ditentukan. "Biasanya, tenaga mulai terasa di rpm 3.000. Kalau top torsinya bervariasi. Bisa di kisaran 6.000 rpm," tegas Handy lagi.
Pabrikan sendiri ada yang mencantumkan kisaran putaran mesin yang efisien. Biasanya di angka 3.000 - 6.000 rpm. Tetapi, secara manual, tenaga motor bisa dikenali saat menggebernya. Jika kita geber motor di bawah kisaran rpm tadi, biasanya motor jalan tersendat. Ndut-ndutan. Ini karena tenaga yang dikeluarkan mesin tidak seimbang dengan bobot yang harus dipikul. Nah, kalau ciri putaran mesin sudah pas dengan beban, saat gas dibuka lebih besar, maka motor akan cepat melaju.
Handy juga mengingatkan, seiring dengan penambahan beban, maka tenaga untuk menggerakan motor pun meningkat. Putaran mesin untuk mengail tenaga itu pun jadi ikut meninggi. "Jadi, agar tidak ngedrop, cukup menjaga agar putaran mesin seimbang dengan bobot yang ditanggung mesin," tukasnya lagi.
Ini juga dapat dirasakan secara manual. Cukup deteksi apakah motor terasa tersendat atau tidak. Jika agak tersendat, coba puntir gas lebih banyak. Naikkan putaran mesin. Jika laju motor sudah lancar, berarti perbandingan beban dan tenaga motor sudah seimbang. "Jika ingin menambah kecepatan, boleh menaikan putaran mesin lagi. Tapi, usahakan agar mesin tidak sampai menggerung. Sebelum menggerung, pindahkan gigi percepatan," wanti Handy.
So, jangan acuhin bobot! (motorplus-online.com)
Editor | : | billy |
KOMENTAR