Tiba di Pelabuhan Kolaka pukul 07.30 langsung ke hotel untuk istirahat. Menjelang sore, tim darat bergabung dan tak lama kemudian bersama menuju Kendari. Jalan yang dilalui berkelok-kelok dan cukup mulus dengan kiri-kanan hutan. Asyiknya, begitu langit gelap selama perjalanan ditemani pemandangan langka berupa gerhana bulan total. Fase gerhana selesai bersamaan tibanya rombongan di ibu kota Sultra.
Iring-iringan 7 Dauhatsu Terios TX memasuki Taman Budaya Provinsi Sultra di Jln. Sao-Sao. Disambut tarian tradisional Mondotambe sebelum bertandang ke sanggar tari Studio 28 Management. “Itu tadi adalah tari penjemputan yang biasa dipakai untuk menyambut tamu khusus. Studio 28 Management yang didirikan pada 1991, khusus mempelajari tari tradisional Sulawesi Tenggara. Saat ini ada 120 murid, umumnya pelajar dan mahasiswa,” tutur Fajar Andika, direktur utama Studio 28 Management.
Sesuai target aktivitas hari Rabu (8/10) untuk mengeksplor budaya setempat, rombongan menyimak keterangan yang diberikan Andika. Seperti berbagai nama tari di Sultra lengkap dengan asal dari suku mana. Tak ketinggalan, anggota rombongan diajak belajar menari Lulo, yaitu tarian sebagai tanda persahabatan. Ya, ketika tari ini dimainkan biasanya memang sering mengajak tamu yang datang untuk diajarkan bagaimana melangkah dan menari menirukan gerakan para penari.
Sayang tak banyak waktu untuk mencoba tarian lainnya, karena rombongan harus beristirahat. Kami pun pamitan, di luar sanggar tampak bulan purnama bersinar dengan terang mengiri langkah menuju mobil Terios TX yang menjadi sahabat dalam bertualang di Sulawesi. (mobil.otomotifnet.com)
Editor | : |
KOMENTAR