Power amplifier juga mempunyai beberapa model, yang secara umum dapat dicermati dari jumlah kanal yang tersedia. Seperti 2, 4, 5, 6 dan 1 channel yang kerap disebut sebagai tipe monoblok.
Lebih mendalam lagi, power amplifier dapat dibagi lagi berdasarkan kelasnya, berdasarkan cara kerja pada output transistornya. Yaitu kelas A, B, AB dan kelas D. Kapan dan seberapa sering transistor menyala akan menentukan kelas dari komponen ini.
Transistor power amplifier kelas A selalu menyala oleh arus yang mengalir. Suara yang dihasilkan memang lebih baik ketimbang kelas AB atau B, tapi akan lebih cepat menjadi panas karena tidak efisien lantaran banyak energi yang terbuang.
Kelas B hanya 1 dari transistor tersebut yang menyala dalam satu waktu. Kelas B memang lebih efisien, hanya saja suaranya agak kurang jika dibandingkan power amplifier kelas A dan AB.
Penjelasan singkat ini menyimpulkan mengapa power amplifier kelas AB lebih banyak digunakan untuk sound system mobil, karena cukup efisien dan kualitas suaranya cukup baik.
Siklus seberapa sering ON dan OFF akan menentukan berapa besar output dari power amplifier ini. Kelas D biasanya digunakan sebagai power untuk subwoofer. Diibaratkan power amplifier kelas D seperti saklar ON/OFF untuk menyalakan lampu, sedangkan kelas AB cara kerjanya mirip saklar dimmer untuk meredupkan lampu.
Power Amplifier kelas D sangat efisien tetapi sangat terbatas untuk frekuensi respons. Selain itu, tingkat distorsinya juga lebih besar dibanding kelas AB yang hanya 1 dari transistor tersebut yang menyala dalam satu waktu.
Kondisi yang diperlukan untuk pemasangan bersama power amplifier eksternal, yaitu speaker idealnya sudah diganti dengan versi aftermarket, termasuk sudah menggunakan subwoofer.
Perlu juga mencermati kondisi head unit yang digunakan, apakah sudah mempunyai RCA preout. "Kalau belum tersedia RCA harus menggunakan hi-low converter," imbuh Chandra Budiman, instalatur Mobiltronik Flames di Sunter, Jakut. (mobil.otomotifnet.com)
Editor | : | billy |
KOMENTAR