Baca berita tanpa iklan. Gabung Gridoto.com+

Mainan Biker Jakarta, Nostalgia Bersama BMX

billy - Minggu, 4 Desember 2011 | 05:30 WIB
No caption
No credit
No caption

No caption
No credit
No caption

Siap menebar virus baru
Ingat
film Extra Terestrial (ET) di era 80-an? Waktu itu anak-anak muda di Amerika kena ‘virus’ BMX karena banyak beradegan spektakuler dengan menyelamatkan makhluk asing dari penduduk bumi yang punya niat menculiknya.

Romantisme BMX ini juga ke komunitas biker di sini. Di tahun itu, mainan para brothers nggak jauh dari dua bidang ini. Main motor untuk daily riding dan hangout sambil mengasah trik di atas sepeda BMX. Dua dunia yang sesuai untuk anak gaul saat itu.

Asyiknya, hal ini bertahan sampai sekarang. Bukti paling nyata, Komunitas Old School BMX Indonesia (OSBMX) yang eksis di pelosok Jakarta juga daerah lain. ”Sepeda ini memang punya daya tarik. Sebagian dari kami suka sepeda ini karena nostalgia dulu yang suka banget BMX,” jelas Latif dan Nanda alias Omen.

Ia dan kumpulannya, kerap goes malam di pusat kota Jakarta sekalian olahraga. ”Rute biasanya ke Thamrin, Sudirman, Taman Menteng, Suropati dan biasanya finish di Parkir Timur Senayan yang nyediain track BMX dirt Jump,” jelas Latif yang juga life member Bikers Brotherhood MC, Jakarta Chapter. Di dunia motor dia termasuk ‘retro junkie’ dengan motor katagori collector item semisal Monet Goyon, Minarelli dan Jawa.

Walau masih bernuansa nostalgia dan nggak seperti pemain pro, mereka juga kerap berlatih trik BMX. “Back lift, jumping berbagai style kerap dilakukan,” jelas Omen yang di mata teman-temannya tergolong expert.

Bahkan ia pernah mengikuti berbagai kejuaraan. “Ikutan kompetisi semisal Philip X-Games di Senayan juga di Ancol,” terang brother yang kesehariannya lebih pede tampil sebagai skuteris.

Untuk variasi merek, BMX sangat variatif ada GT Performer Mach One, Pro Series, Skyway, Btreetbeat, Street Sceene, Hutch, Trickstar, Pro Raider, Releigh Burner, Haro, One Master dan banyak lagi.

Sipnya untuk ke depan, komunitas informal tanpa struktur organisasi ini bakal turing jauh sampai ke luar kota. Mereka punya rencana riding bareng ke Bogor atau Bandung untuk coba trek di sana.

No caption
No credit
No caption

aksi jumping mendebarkan(kiri atas) Gaya parkir OSBMX(kiri bawah) Freestyle tak perlu lokasi khusus(kanan)
Dari Gunung Pindah Ke Mall
Kegiatan olahraga downhill biasa dilakukan di gunung atau hutan kini dipindahkan ke dalam mall. “Ini kali pertama dilakukan di Indonesia,” bangga Wes Firmansyah dari Triad, penyelenggara kegiatan olahraga gaya urban di Poins Square (27/11).

Kegiatan diikuti 89 peserta ini membuka tantangan baru buat penyuka olahraga downhill. “Kini mereka berhadapan dengan lantai mall, eskalator, dan kaca mall. Ini perlu tantangan berbeda dan butuh safety tinggi, “ lanjutnya.

Untuk keamanan peserta penyelenggara menambahkan beberapa pengaman seperti net dan stoper di seputaran eskalator. Stoper dimaksudkan untuk meredam kecepatan peserta ketika menuruni eskalator.

Dalam kegiatan ini peserta dituntut menuruni mall dari lantai 3 ke lantai 2 lalu lantai satu dan finish di upground mall. Kegiatan seperti ini di luar negeri sudah sering dilakukan.Walau baru pertama, peserta terlihat begitu antusias dengan kegiatan ini.

Pilih Freestyle Atau Cross

Ciri utama dari BMX ini bisa dibilang small frame dengan pelek dan ban ukuran 20 inci. Menurut Iwan Novyanto satu anggota OSBMX secara garis besar, ada dua aliran pengendara BMX yakni freestyle dan cross.

Masing-masing punya ciri khusus. Untuk freestyle memiliki ciri wheelbase yang lebih panjang dibanding model cross. “Selain itu, frame juga lebih ramai dibanding cross yang cukup simpel yakni top tube dan down tube tanpa ada penambahan aksen,” tambah Latif.

Selain itu, menurut Candra, biasanya yang freestyle menambahkan variasi di seputar as roda. “Ada jalu atau peg yang biasa digunakan untuk kepentingan atraksi,” jelasnya.


Cross country lebih santai(kiri). Menuruni eskalator butuh skill tinggi(kanan)
Jalu ini bisa ada di kiri-kanan di depan dan belakang, bisa juga hanya sebelah, misalnya di kiri untuk depan-belakang. “Jalu ini untuk atraksi nyerosot di tiang,” sebut Candra.

Sedang untuk cross, umumnya jarang menggunakan rem depan. “Ban yang dipakai juga memiliki kembangan lebih lebar,” ungkap Iwan lebih rinci.

Ketika melihat atraksi mereka di Lapangan Panahan, Senayan, Minggu (27/11) beberapa anggota komunitas OSBMX lebih memilih mainan cross dibanding freestyle. Untuk cross handicap yang dihadapi hampir mirip dengan motocross. Seperti jumping, superbowl atau camel.

Untuk penggunaan lokasi, aliran freestyle dirasa lebih fleksibel dibanding cross yang memang mesti menyediakan lahan khusus. Untuk freestyle cukup mengosongkan lapangan, atraksi bisa langsung dilakukan.  (motorplus-online.com)

Editor : billy

Sobat bisa berlangganan Tabloid OTOMOTIF lewat www.gridstore.id.

Atau versi elektronik (e-Magz) yang dapat diakses secara online di : ebooks.gramedia.com, myedisi.com atau majalah.id



KOMENTAR

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

YANG LAINNYA

loading
SELANJUTNYA INDEX BERITA
Close Ads X
yt-1 in left right search line play fb gp tw wa