Baca berita tanpa iklan. Gabung Gridoto.com+

Klub VS Komunitas, Antara Independen dan Aturan Rigid

billy - Jumat, 16 September 2011 | 07:41 WIB
No caption
No credit
No caption

No caption
No credit
No caption

Klub mengasah rasa empati dan belajar berorganisasi
Manusia makhluk sosial. Biker itu manusia, jadinya mereka makhluk sosial. Supaya nyaman bersosialisasi dengan sesama rider, ada tiga pilihan utama. Pertama tetap bebas dan ogah terikat atau independen, non-colors atau ikut komunitas.

Mereka yang ingin masuk dalam lingkar dalam sebuah perkumpulan dan mematuhi peraturan intern, pastinya akan memilih masuk klub. Romantisme antara komunitas dan klub tentunya berbeda. Brothers yang aktif di komunitas dan klub angkat bicara. Ada perbedaan mendasar antara kedua wadah sosialisasi ini.

Indra Panca, salah satu pendiri Tiger Association Bandung (TAB) juga Dewan Penasehat PP-Honda Tiger Club Indonesia (HTCI) dan Indra ‘Bluesmann’ Pranajaya, SS Diponegoro, sebagai salah satu pendiri Bikers Brotherhood MC (BBMC) urun rembug.

Indra Panca membuka pembicaraan dengan keuntungan masuk klub  dengan makin menambah teman sehobi dan relasi. “Juga makin banyaknya pengalaman bersosialisasi dan beroganisasi,” jelasnya.

Sedang Indra Bluesmann memulainya dengan kesadaran dari settiap individu untuk memilih antara klub dan komunitas. ”Itu pilihan individu. Sebelum masuk klub mereka sudah memikirkan risiko dan konsekwensi dan akibat yang bakal dihadapi,” jelas Staatsman BBMC Divisi Pengembangan Potensi dan Quality Control Design Bikers Brotherhood ini.

Baginya, keuntungan seorang  biker masuk klub menjadikan klub sebagai wadah untuk bersosialisasi, belajar berorganisasi, empati sekaligus belajar tentang motor yang dikendarainya.

“Di sisi lain ada kerugiannya juga jika tuntutan dari klub dan membagi waktu antara kehidupan klub dan pribadi, masalah loyalitas dan influence klub yang berpengaruh pada pribadi mereka,” serius Indra. Hal ini disepakati oleh Ariel Bocah dari Rebel Bastard MC.


Komunitas. Lebih longgar dan tidak terikat peraturan
Faktanya nggak cuma wadah klub yang dipilih oleh beberapa biker. Banyak di antara mereka lebih enjoy gabung di komunitas. Komentar datang dari Philip Chaos. “Lebih santai tidak terikat peraturan intern seperti di klub. Komunitas lebih terbuka siapapun dan darimanapun bisa gabung selama dia menyukai motor. Kalau soal kekurangan dibanding klub, sulit menjawabnya, soalnya yang bersangkutan harus merasakan sendiri,” jelasnya diplomatis.

Soal ini, Bro Indra Bluesmann yang juga hobi nongkrong di beberapa komunitas memberi pandangan. ”Komunitas memang lebih fleksibel karena bukan life member. Besok lusa jika yang bersangkutan punya hobi atau mainan baru, ia gampang saja berpindah komunitas,” jelasnya.

Untuk itu, biker silakan memilih, klub, komunitas atau tetap independen. Yang penting konsekwen dan tetap menjunjung tinggi nilsi persaudaraan antar sesama two wheeler.

Bukan begitu, Bro?   (motorplus-online.com)

Editor : billy

Sobat bisa berlangganan Tabloid OTOMOTIF lewat www.gridstore.id.

Atau versi elektronik (e-Magz) yang dapat diakses secara online di : ebooks.gramedia.com, myedisi.com atau majalah.id



KOMENTAR

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

YANG LAINNYA

loading
SELANJUTNYA INDEX BERITA
Close Ads X
yt-1 in left right search line play fb gp tw wa