Kebanyakan modif tampilan
Mereka nggak canggung nyemplak motor yang secara ‘fitrah’ dikendarai untuk cowok. “Klau dihitung ada sekitar 20-an cewek yang naik Ninja 250R ini. Tapi yang cukup mahir bawa motor sekitar 8 orangan,” kabar Ananda Welda, salah satu pengendara Ninja nopekgo keluaran 2009.
Keberadaan para lady biker ini bukan hanya jadi pemanis di lingkungan komunitas Ninja Tangerang Organization (Nitro) tempat mereka bernaung. “Kalau ada turing dan baksos, kami juga langganan ikut serta,” pasti cewek yang akrab disapa Welda ini.
Bahkan lakon turing jauh seperti ke Bandung juga biasa dijalani oleh cewek yang masih kuliah ini. “Tapi tentunya bareng dengan teman lainnya,” sebut cewek yang dulunya juga sering besut Ninja RR yang 2-tak itu.
Sekarang ganti ngobrol sama Agnes Canigia. Dia mengaku sangat menyukai kendaraan dengan tampilan sporty. “Saya ingin membuktikan kalau naik motor ini bukan dominasi kaum lelaki,” argumen pembesut Ninja 150RR.
Mengendarai motor batangan pada prinsipnya memang ada bedanya dengan misalnya, membawa motor bebek dan skubek yang matik itu.
“Yang dibutuhkan memang keseimbangan. Kalau pertama kalinya akan berfikir motor sport apalagi dengan kapasitas paling besar 250 cc dibawa sama cewek,” sebut Nur Oftaviani yang awalnya nyemplak Ninja RR dan kini berganti haluan ke Ninja 250R 2010.
Soal perawatan kayaknya nggak terlalu puyeng. Sebab, bengkel rujukan Nitro sudah menyediakan fasilitas itu. Mulai dari servis berkala seperti ganti oli per bulan sampai pada kebersihan motor. Mereka tinggal gas doang kok. (motorplus-online.com)
Editor | : | billy |
KOMENTAR