Baca berita tanpa iklan. Gabung Gridoto.com+

Ojek Ekstrem Gorontalo Modifikasi Fungsional

billy - Minggu, 10 April 2011 | 08:53 WIB
No caption
No credit
No caption

No caption
No credit
No caption

 Ojeker Tulobolo menunggu penumpang
Cobalah
sejenak jalan-jalan ke daerah. Banyak ‘modifikator’ lokal yang kreasinya menyesuaikan dengan alam. Modifikasinya fungsional, bukan modif gaya-gayaan. Seperti MOTOR Plus temui di provinsi Gorontalo, Sulawesi, pertengahan Maret 2011.

Di sebuah Desa Tulabolo, Kec. Suwawa Timur, Kab. Bone Bolango, Gorontalo ini, sekitar 80 pengojek yang  kemampuan dan motornya macam grasstrack. Mereka memodif bebeknya, agar bisa cakar tanah menuju pertambangan emas rakyat di gunung Motomboto, Desa Mamalia. “Jalurnya ekstrem. Motor harus punya speksifikasi sesuai medan,” bilang Nikson Gubali, camat Suwawa Timur.  

Di Desa Tulabolo itu akhir jalan aspal. Menuju pertambangan, ojeker ini jadi penghubung utama Tulobolo dan Mamalia. Dari pangkalan menuju tambang, jaraknya cuma 6 km. Itu ditempuh 1,5 - 2 jam, sesuai kondisi.

Paling utama, “Ban ganti model tahu, agar nyanda ta pelese (tidak terpeleset). Tapi depe (jadi) persoalan, rantai roda tacabu (putus) terus,” jelas Jefry Pakaya, ojeker yang sedang menunggu obyekan  di pangkalannya,  dekat jembatan Sungai Bone, Tulabolo.

Suzuki Shogun yang dikendarai Jefry, karet hitam  belakanga ganti Aspira ATR1. ATR1 berprofil kembang tahu. Sedang roda depan tetap standar. Alasannya, “Kalau musim hujan, becek cepat dilempar putaran ban standar. Pakai model tahu, becek malah sulit lepas dari ban depan. Handlingnya susah,” timpal Ismail Mantju pada daerah yang memakai bahasa Suwawa, selain bahasa Gorontalo itu. 

Pakaya dan Mantju mengaku bukan seorang penggemar modifikasi grasstrack. Misal, pakai ban tahu karena  tuntutan. Juga knalpot seperti underbone 4-tak di balap motor, pula bukan untuk modis. Tetapi, fungsi!

Selain tarikan bertambah, konstruksi knalpot dibikin mempet ke rangka. Motor lebih ramping. “Jika pakai knalpot standar, pipanya sering bakutoki  (membentur) batu dan tanah,” dukung Amigos, ojeker lain  yang pakai motor Cina yang diprandel alias dimodifikasi sesuai sebutan sana.

No caption
No credit
No caption

 Jalur yang dilalui ekstrem
Maksudnya, knalpot terhindar dari jepitan batu dan tanah. Kan jalurnya sudah terbentuk got atau rat, akibat diinjak beban motor dan jalur air. Apalagi kalau hujan, walah, walah...

Suspensi apalagi, juga tidak standar. Namun, sesuai kemampuan kocek, cukup ditinggikan. Mereka nggak sanggup beli suspensi special engine dan semacamnya. Kira-kira sama dengan kelas standar pemula di event grasstrack.

Modifikasi alamiah memang. Yang diangkut bukan hanya manusia. Tetapi semua kebutuhan petambang di atas gunung. “Memang harus seperti ini torang (kami) punya model motor. Kami menggantinya, karena memang harus diganti. Supaya, tidak menyulitkan,” imbuh Jefry, Amigos dan Ismail.

Jangan heran, jasa mereka lumayan. Untuk mengangkut orang sampai ke lokasi tambang, dikenai Rp 250 ribu. Itu sekali jalan, Bro. Sedang barang dihargai Rp 6.000/kilogram. “Torang bisa angka maksimum 90 kg,” yakin Amigos dengan logat Indonesia versi Suwawa. 

Ala bisa karena biasa. Bisa biasa, karena urusan perut. Teknik berkendara, para ojeker ini lama-lama terlatih. Barang bawaan seperti beras, acar (ikan), pakaian juga drum pertambangan dengan mudah diangkut. “Sudah biasa. Nggak pernah jatuh,” bilang Ismail.

Ok, demo dunggaya lo polahi.

Pasir Penyeimbang

Pendakian jalan ke gunung Motomboto, kemiringannya juga ekstrem. Karenanya, ada  beban tambahan, jika barang yang dibawa  mencapai seratus kilogram . Jika tidak, motor ojeg akan wheelie atau roda depan ngangkat, tidak terkendali.

Ojeker Gorontalo ini punya cara sederhana namun jitu untuk membuat motor tetap stabil. Balancernya mudah, yakni dengan membuat pemberat bantuan berupa pasir yang dimasukkan ke dalam karung. Posisi pasir ini diletakkan di underbone. “Supaya bagian depan tidak mudah ngangkat saat menanjak,” ungkap Fadli yang mengendarai Honda Revo.

Pasir yang dimasukkan ke dalam karung 50 kg ini diisi hanya sekitar 1/3-nya. Teknik mengendarai ojeker sini memang canggih. Tak perlu karung diikat. Cukup di apit oleh kedua paha pengendara sambil memainkan badan untuk keseimbangan.


 Pijakan kaki di copot
Tanpa Footstep

Jalan bebatuan dan tanah dilalui memang sudah berbetuk seperti got. Banyak komponen yang sebenarnya sangat diperlukan menjadi tidak berfungsi . 

Misalnya, footstep atau pijakan kaki pengendara. Akibat sering dihajar batu-batuan, footstep bukan saja rompal dan menganggu, terpaksa dicopot. “Tanpa pijakan, motor akan tetap jalan dii antara got,” ungkap Ismail Mantju yang mengendarai Honda Sipra Fit 2009.

 Alasan lain kenapa pijakan kaki ini dicopot yakni untuk mendapatkan ground clearance atau jarak terdekat ke tanah lebih tinggi. Maklum, bagian bawah atau footstep ini sering nyangkut di bebatuan. lantas di mana si pengendara meletakkan kakinya? “Ini mesin saya injak saja,” ungkap Ismail.  (motorplus-online.com)

Editor : billy

Sobat bisa berlangganan Tabloid OTOMOTIF lewat www.gridstore.id.

Atau versi elektronik (e-Magz) yang dapat diakses secara online di : ebooks.gramedia.com, myedisi.com atau majalah.id



KOMENTAR

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

YANG LAINNYA

loading
SELANJUTNYA INDEX BERITA
Close Ads X
yt-1 in left right search line play fb gp tw wa