Ojeker Tulobolo menunggu penumpang |
Di sebuah Desa Tulabolo, Kec. Suwawa Timur, Kab. Bone Bolango, Gorontalo ini, sekitar 80 pengojek yang kemampuan dan motornya macam grasstrack. Mereka memodif bebeknya, agar bisa cakar tanah menuju pertambangan emas rakyat di gunung Motomboto, Desa Mamalia. “Jalurnya ekstrem. Motor harus punya speksifikasi sesuai medan,” bilang Nikson Gubali, camat Suwawa Timur.
Di Desa Tulabolo itu akhir jalan aspal. Menuju pertambangan, ojeker ini jadi penghubung utama Tulobolo dan Mamalia. Dari pangkalan menuju tambang, jaraknya cuma 6 km. Itu ditempuh 1,5 - 2 jam, sesuai kondisi.
Paling utama, “Ban ganti model tahu, agar nyanda ta pelese (tidak terpeleset). Tapi depe (jadi) persoalan, rantai roda tacabu (putus) terus,” jelas Jefry Pakaya, ojeker yang sedang menunggu obyekan di pangkalannya, dekat jembatan Sungai Bone, Tulabolo.
Suzuki Shogun yang dikendarai Jefry, karet hitam belakanga ganti Aspira ATR1. ATR1 berprofil kembang tahu. Sedang roda depan tetap standar. Alasannya, “Kalau musim hujan, becek cepat dilempar putaran ban standar. Pakai model tahu, becek malah sulit lepas dari ban depan. Handlingnya susah,” timpal Ismail Mantju pada daerah yang memakai bahasa Suwawa, selain bahasa Gorontalo itu.
Pakaya dan Mantju mengaku bukan seorang penggemar modifikasi grasstrack. Misal, pakai ban tahu karena tuntutan. Juga knalpot seperti underbone 4-tak di balap motor, pula bukan untuk modis. Tetapi, fungsi!
Selain tarikan bertambah, konstruksi knalpot dibikin mempet ke rangka. Motor lebih ramping. “Jika pakai knalpot standar, pipanya sering bakutoki (membentur) batu dan tanah,” dukung Amigos, ojeker lain yang pakai motor Cina yang diprandel alias dimodifikasi sesuai sebutan sana.
Jalur yang dilalui ekstrem |
Suspensi apalagi, juga tidak standar. Namun, sesuai kemampuan kocek, cukup ditinggikan. Mereka nggak sanggup beli suspensi special engine dan semacamnya. Kira-kira sama dengan kelas standar pemula di event grasstrack.
Modifikasi alamiah memang. Yang diangkut bukan hanya manusia. Tetapi semua kebutuhan petambang di atas gunung. “Memang harus seperti ini torang (kami) punya model motor. Kami menggantinya, karena memang harus diganti. Supaya, tidak menyulitkan,” imbuh Jefry, Amigos dan Ismail.
Jangan heran, jasa mereka lumayan. Untuk mengangkut orang sampai ke lokasi tambang, dikenai Rp 250 ribu. Itu sekali jalan, Bro. Sedang barang dihargai Rp 6.000/kilogram. “Torang bisa angka maksimum 90 kg,” yakin Amigos dengan logat Indonesia versi Suwawa.
Ala bisa karena biasa. Bisa biasa, karena urusan perut. Teknik berkendara, para ojeker ini lama-lama terlatih. Barang bawaan seperti beras, acar (ikan), pakaian juga drum pertambangan dengan mudah diangkut. “Sudah biasa. Nggak pernah jatuh,” bilang Ismail.
Ok, demo dunggaya lo polahi.
Pasir Penyeimbang
Pendakian jalan ke gunung Motomboto, kemiringannya juga ekstrem. Karenanya, ada beban tambahan, jika barang yang dibawa mencapai seratus kilogram . Jika tidak, motor ojeg akan wheelie atau roda depan ngangkat, tidak terkendali.
Ojeker Gorontalo ini punya cara sederhana namun jitu untuk membuat motor tetap stabil. Balancernya mudah, yakni dengan membuat pemberat bantuan berupa pasir yang dimasukkan ke dalam karung. Posisi pasir ini diletakkan di underbone. “Supaya bagian depan tidak mudah ngangkat saat menanjak,” ungkap Fadli yang mengendarai Honda Revo.
Pasir yang dimasukkan ke dalam karung 50 kg ini diisi hanya sekitar 1/3-nya. Teknik mengendarai ojeker sini memang canggih. Tak perlu karung diikat. Cukup di apit oleh kedua paha pengendara sambil memainkan badan untuk keseimbangan.
Tanpa Footstep
Pijakan kaki di copot
Jalan bebatuan dan tanah dilalui memang sudah berbetuk seperti got. Banyak komponen yang sebenarnya sangat diperlukan menjadi tidak berfungsi .
Misalnya, footstep atau pijakan kaki pengendara. Akibat sering dihajar batu-batuan, footstep bukan saja rompal dan menganggu, terpaksa dicopot. “Tanpa pijakan, motor akan tetap jalan dii antara got,” ungkap Ismail Mantju yang mengendarai Honda Sipra Fit 2009.
Alasan lain kenapa pijakan kaki ini dicopot yakni untuk mendapatkan ground clearance atau jarak terdekat ke tanah lebih tinggi. Maklum, bagian bawah atau footstep ini sering nyangkut di bebatuan. lantas di mana si pengendara meletakkan kakinya? “Ini mesin saya injak saja,” ungkap Ismail. (motorplus-online.com)
Editor | : | billy |
KOMENTAR