Jakarta - Suatu kali, Andre dibuat pusing tujuh keliling dengan AC mobilnya. Meski tetap menyala normal, tapi kabin mobil tetap panas. Bukannya apa-apa, karena Andre telah mendatangi 2 bengkel AC dan peranti pendingin kabin didaulat tak bermasalah.
“Freon tidak bocor, kelistrikan normal tetapi AC tak mau dingin saat mesin stasioner,” keluhnya.
Ambil contoh seperti saat macet atau jalan perlahan. Alhasil kabin malah jadi anget. AC baru bekerja normal mendinginkan kabin bila mobil dalam kondisi bergerak (berjalan).
“Penyebabnya bisa banyak hal, tetapi jarang diperhatikan pemilik mobil,” wanti Mamat dari Lin Karya AC di bilangan Kebon Jeruk, Jakbar.
Kondisi AC seperti ini bisa terjadi bila perbandingan kompresi di dalam kompresor sudah lemah. Bisa juga karena ekstra fan yang ada di depan kondensor juga ikutan loyo.
Saat pengecekan di bengkel, hal itu dianggap bukan masalah karena fokusnya pada pencarian kebocoran freon.
Kompresor yang masih bekerja dan kipas listrik yang masih berfungsi, sering dianggap aman. Padahal kerjanya sudah tidak maksimal.
Logikanya, bila mobil dalam kondisi berhenti saat mengantri lampu merah (kondisi stasioner/idle 1.000 rpm), kompresor tetap bekerja namun tidak optimal lagi.
Bila kompresor yang masih sehat bisa ‘menendang’ freon hingga ke evaporator dan menghasilkan hawa dingin, tidak halnya bila kompresi sudah drop.
Kompresor baru bisa normal menendang freon bila mobil sudah bergerak, alias berada di putaran mesin lebih tinggi (di atas 2.000 rpm) saat mesin digas.
Ditambah lagi dengan ekstra fan yang sudah lemah, sehingga hembusan angin yang seharusnya bisa mendinginkan kondensor tak memberikan pengaruh apa-apa.
“Kecuali mobil diesel yang memang tak perlu ekstra fan,” jelas Rohim dari Sejuk AC di Pos Pengumben, Jaksel.
“Freon tidak bocor, kelistrikan normal tetapi AC tak mau dingin saat mesin stasioner,” keluhnya.
Ambil contoh seperti saat macet atau jalan perlahan. Alhasil kabin malah jadi anget. AC baru bekerja normal mendinginkan kabin bila mobil dalam kondisi bergerak (berjalan).
“Penyebabnya bisa banyak hal, tetapi jarang diperhatikan pemilik mobil,” wanti Mamat dari Lin Karya AC di bilangan Kebon Jeruk, Jakbar.
Kondisi AC seperti ini bisa terjadi bila perbandingan kompresi di dalam kompresor sudah lemah. Bisa juga karena ekstra fan yang ada di depan kondensor juga ikutan loyo.
Saat pengecekan di bengkel, hal itu dianggap bukan masalah karena fokusnya pada pencarian kebocoran freon.
Kompresor yang masih bekerja dan kipas listrik yang masih berfungsi, sering dianggap aman. Padahal kerjanya sudah tidak maksimal.
Logikanya, bila mobil dalam kondisi berhenti saat mengantri lampu merah (kondisi stasioner/idle 1.000 rpm), kompresor tetap bekerja namun tidak optimal lagi.
Bila kompresor yang masih sehat bisa ‘menendang’ freon hingga ke evaporator dan menghasilkan hawa dingin, tidak halnya bila kompresi sudah drop.
Kompresor baru bisa normal menendang freon bila mobil sudah bergerak, alias berada di putaran mesin lebih tinggi (di atas 2.000 rpm) saat mesin digas.
Ditambah lagi dengan ekstra fan yang sudah lemah, sehingga hembusan angin yang seharusnya bisa mendinginkan kondensor tak memberikan pengaruh apa-apa.
“Kecuali mobil diesel yang memang tak perlu ekstra fan,” jelas Rohim dari Sejuk AC di Pos Pengumben, Jaksel.
Editor | : | billy |
KOMENTAR