Baca berita tanpa iklan. Gabung Gridoto.com+

Panik Karena Tak Paham Matik, Bisa Berujung Maut!

billy - Rabu, 21 Maret 2012 | 11:04 WIB
No caption
No credit
No caption

Sekolah ternyata juga bukan tempat yang aman. Diduga karena panik, Marini menabrak 17 muridnya di lapangan olah raga Perguruan Buddhis Bodhicita, Medan (2/3). Kecelakaan terjadi saat guru TK yang kabarnya baru 5 bulan mengemudi itu memundurkan Toyota Avanza-nya.

“Kalau panik, apalagi jam terbang driving-nya belum tinggi, orang jadi sulit mengendalikan kendaraan,” jelas instruktur safety driving, Didi Hardianto.

Pada saat panik, pada dasarnya berbeda-beda di setiap orang. Ada yang gemetar, bingung, tetap menekan gas karena dipikir rem, baru setelah beberapa saat ngerem dengan benar. Intinya, dia perlu waktu lama untuk berhenti. Tapi ada juga yang kalau panik jadi diam, tidak mampu melakukan apapun.

“Saya yakin penyebabnya itu panik, enggak mungkin dia sengaja menabrak anak-anak kecil itu. Ditambah, jam terbangnya belum tinggi. Dia tidak terlatih untuk bertindak cepat saat terjadi sesuatu yang tak terduga,” bilang pemilik konsultan defensive driving, Development Improvement Driving Skill (DIPS) tersebut.

Mengemudi merupakan kemampuan yang perlu diasah dengan waktu dan pengalaman. Menurut Didi, seorang pengemudi baru bisa disebut memiliki cukup jam terbang setelah kurang lebih 1 bulan. “Tapi itu tiap hari mengemudi selama 1-1,5 bulan. Tiap hari ya, bukan hanya weekend saja. Itu baru bisa disebut pengemudi siap pakai, standar, tapi belum defensive driver,” lanjut Didi.

Peluang kecelakaan makin besar, ditambah arah kendaraan, bergerak mundur. Mengemudi mundur lebih sulit daripada maju. Perlu sejumlah langkah yang wajib dilakukan sebelum bergerak mundur.

“Pertama lihat spion untuk melihat situasi di kiri kanan kendaraan. Noleh ke belakang, memastikan semuanya kosong, baru bergerak,” bilang Didi. Marini kemungkinan tidak melakukan prosedur tersebut. Karena saat ia memundurkan mobilnya, belasan siswa tengah bersenam di belakang mobil Mariani.

Selain itu, faktor kendaraan juga turut mempengaruhi. Marini mengemudikan sebuah Avanza matik. Mobil bertransmisi matik sering dianggap mudah, tapi bisa jadi bahaya bila tidak kenal karakternya.
“Matik memang lebih gampang dibanding manual. Tapi kalau tidak tahu karakter mobil matik, jadinya ya begini ini. Saya rasa dia enggak ngerti karakter mobil matik dan enggak siap, saat memasukkan transmisi mundur mobil langsung jalan. Itu terlihat saat bergerak pintunya masih terbuka,” yakin Didi. (mobil.otomotifnet.com)


Editor : billy

Sobat bisa berlangganan Tabloid OTOMOTIF lewat www.gridstore.id.

Atau versi elektronik (e-Magz) yang dapat diakses secara online di : ebooks.gramedia.com, myedisi.com atau majalah.id



KOMENTAR

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

YANG LAINNYA

loading
SELANJUTNYA INDEX BERITA
Close Ads X
yt-1 in left right search line play fb gp tw wa