Menggunakan kartu yang sama E-toll card. Bisa transaksi sambil mobil tetap berjalan |
Namun mantan pentolan Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia ini melihat bahwa perlu sosialisasi yang memadai sebelum diberlakukan OBU. Kalau sosialisasinya kurang, nanti akan susah penerapannya. E-toll card saja yang pelanggan tak perlu mengeluarkan biaya tambahan, belum begitu akrab bagi pelanggan tol. “Apalagi ini pemilik kendaraan harus mengeluarkan biaya tambahan Rp 500 ribu. Ya, mending uangnya buat beli rokok,” ungkap Agus.
Lantaran itu, Agus memberi masukan agar biaya OBU receiver itu bisa disiasati tidak dibebankan kepada pemilik kendaraan. Caranya misalnya dengan program promosi yang dilalukan Bank Mandiri. Pemilik account baru bank BMUN tersebut dengan minimal saldo Rp 500 ribu mendapat UBO receiver gratis. Atau pemilik kartu kreditnya juga mendapat fasilitas yang sama.
“Jangan langsung beli, saya jamin pasti sangat sedikit yang mau. Atau bagi operator (PT Jasa Marga), menjualnya dengan discount. Atau untuk rangsangan, pemakai OBU mendapat discount bayar tol misalnya 10 persen. Pokoknya, publik harus bisa mengakses dengan mudah soal fasilitas tol ini karena selama ini meski sudah membayar tol pun tidak mendapat jaminan bebas macet,” lanjut Agus.
Agus juga menyarankan e-toll card yang dipakai untuk OBU bisa dijuga dipakai untuk ERP yang rencananya bakal diterapkan di Jakarta. Bahkan bisa dipakai pula untuk transaksi busway dan MRT nantinya. Pembayaran busway juga harus digital. “Jadi satu kartu bisa dipakai untuk semua. Merekayasa memori untuk itu kan lebih mudah. Jangan sampai harus memiliki banyak kartu untuk transaksi transportasi,” bebernya.
Selain itu, juga disarankan tidak hanya memakai satu bank, melainkan dengan bisa memakai ATM bersama. Kalau itu lebih susah secara managemen, mungkin bisa diawali dengan sinergi sesama bank BMUN. Kalau mau berhasil, sistem OBU harus dapat diakses secara mudah dan luas oleh publik. (mobil.otomotifnet.com)
Editor | : | billy |
KOMENTAR