Baca berita tanpa iklan. Gabung Gridoto.com+

Kenaikan Tol Rutin 2 Tahunan, Malah Makin Bikin Resah!

billy - Jumat, 14 Oktober 2011 | 16:03 WIB
No caption
No credit
No caption

 
JAKARTA - Kenaikan tarif tol pada 14 ruas yang dikelola PT Jasa Marga Tbk mulai 7 Oktober lalu masih menyisakan keresahan pengguna jalan tol. Sebab meski telah diatur undang-undang dan dananya akan dikembalikan untuk perawatan jalan tol, tetap saja ruas tol tidak bebas dari kemacetan. "Naik terus setiap 2 tahun, tetapi jalan tol kok malah makin macet. Ini kan sangat ironis," ujar Edi Prayitno, warga Pondok Gede yang setiap ngantor ke Jalan Sudirman, Jakarta.

Klausul Arteri
Keluhan serupa juga mencuat dari celah bibir pengguna tol yang lain. Selain menuntut pengurangan kemacetan, juga fasilitas lainnya. Misalnya soal kenyamanan ketika mobilnya macet di dalam tol. Selalu petugas derek tol liar yang lebih cepat datang ketimbang derek tol resmi yang disiapkan pengelola. Ujung-ujungnya, harus mengeluarkan uangnya lebih besar. "Ini kan aneh, kok bisa mobil derek liar leluasa di jalan tol," ungkap Wulan, pengendara lainnya.

Menanggapi berbagai keluhan menyangkut minimnya hospitality yang ada dalam jalan tol, Izul Waro dari Instran (Institut Studi Transportasi) menyatakan bahwa sejauh ini operator jalan tol memang sudah berusaha memenuhinya. Misalnya, dengan melakukan pengaspalan ulang, pelebaran ruas jalan hingga pembangunan gardu tol.

"Namun itu saja tidak cukup. Yang diinginkan calon pemakai jalan tol kan bagaimana dengan telah membayar sejumlah uang, bahkan baru saja dinaikkan, dia bisa menempuh perjalanan lebih cepat. Yang terjadi kan justru seperti ruas tol dalam kota kemacetannya semakin tidak bisa dikendalikan," ujar Izul.

Menurut Izul, tidak mudah mengurai kemacetan di jalan tol terutama tol dalam kota. Karena rasio jalan yang ada dengan jumlah kendaraan sangat tidak berimbang. Karena kalau ingin jalan tol tidak macet, juga harus memperhatikan jalan arteri (jalan di sisi tol). Tidak dibiarkan seperti sekarang ini yang tidak ada perluasan. "Kalau pemerintah tidak siap, pelebaran dan pengembangan ruas arteri bisa dimasukkan dalam klausul kepada calon operator jalan tol," lanjut pria kalem ini.

Lulusan UGM dan Universitas Indonesia ini juga minta keterbukaan kepada para pengelola jalan tentang penghasilan yang didapat. Sebab dengan mengetahui dana yang didapat, serta penjelasan penggunaannya kepada publik, pengguna kendaraan merasa dihargai. Yang ada, selama ini kan pengelola hanya bilang dananya dikembalikan untuk investasi jalan tol baru, pemeliharaan dan seterusnya.

Informasi lain yang dibutuhkan pengendara adalah real time yang terjadi dalam tol. Yakni papan screen yang dipasang beberapa meter sebelum masuk tol. Di dalamnya antara lain berisi informasi tentang volume kendaraan yang telah masuk dan kecepatan maksimal. "Dengan informasi itu, calon pengendara bisa memutuskan apakah harus masuk tol atau lewat jalan arteri saja. Di Singapura, alat itu hal biasa dan sangat membantu," tambah ayah satu anak kelahiran Kediri ini.

Meski begitu, karena alasan tersendiri jalan tol akan tetap menjadi pilihan utama. Akan dinaikkan seberapa pun tarifnya, seperti truk dan bus akan memilih jalan tol. Pasalnya, dengan mekanisme struk tol yang ada akan menjadi lebih mudah pertanggungjawabannya kepada perusahaan. "Bandingkan dengan jalan biasa, biaya tak terduganya semakin banyak diantaranya untuk pak ogah pengatur jalan, preman dan maaf petugas (polisi dan Dishub) yang susah pertanggungja­wabannya," ungkap Izul.

Menanggapi berbagai keluhan itu, Okke Merlina selaku Corporate Secretary PT Jasa Marga Tbk menyatakan bahwa pihak sudah berusaha semaksimal mungkin untuk menambah fasilitas kenyamanan kepada pengguna jalan tol. "Misalnya, untuk tol Cikampek dan Cipularang, kami bekerja sama dengan pihak ketiga untuk membangun rest area serta SPBU yang sangat mudah didapatkan," ujar Okke.

Lalu soal adanya derek liar itu sebenarnya sudah dilakukan penertiban. Bahkan beberapa diantaranya telah diberi sanksi dengan mencabut izin operasinya karena terbukti melakukan pemerasaan. "Ya kami memang tidak bisa melarang derek liar itu kan juga sama dengan pengguna jalan tol yang lain. Tetapi, begitu ada pelanggaran, kami tindak. Dan untuk kendaraan yang mogok, kami telah menyiapkan derek resmi dengan logo Jasa Marga yang gratis menderek mobil Anda ke keluar tol terdekat," lanjut wanita asal Bogor ini.

Bagaimana dengan alat pencatat kondisi dalam tol yang sangat informatif bagi calon pengguna tol, Okke menyatakan bahwa pihaknya telah merencanakan alat dimaksud. "Ya itu penting dan kami tengah upayakan. Kalau soal kemacetannya sendiri, seperti yang terjadi di tol dalam kota, tentu bukan wewenang kami. Tapi Jasa Marga akan terus meningkatkan perbaikan dengan kenyamanan pengguna tol," ungkap Okke.  (mobil.otomotifnet.com)

Editor : billy

Sobat bisa berlangganan Tabloid OTOMOTIF lewat www.gridstore.id.

Atau versi elektronik (e-Magz) yang dapat diakses secara online di : ebooks.gramedia.com, myedisi.com atau majalah.id



KOMENTAR

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

YANG LAINNYA

loading
SELANJUTNYA INDEX BERITA
Close Ads X
yt-1 in left right search line play fb gp tw wa