Buktinya tahun 2007 lalu mereka sangat dominan meraih kemenangan atas para pembalap yang menggunakan ban Michelin. Hingga akhirnya satu-persatu pembalap memilih untuk menggunakan ban dari Bridgestone di musim berikutnya, termasuk Valentino Rossi.
Meski manufaktur ban asal Jepang itu mampu memproduksi ban dengan kompon yang sangat sempurna dan durabilitas super, namun ini mendapat kritikan besar dari beberapa pembalap. Dimana kompon yang terlalu sempurna dari awal hingga akhir balapan, membuat pembalap sulit menakar performa maksimal bannya jika terjadi perubahan kondisi.
Namun di sisi lain, semakin sempurna kompon ban yang dipasok oleh Bridgestone, maka pembalap yang posisinya berada di urutan terdepan akan semakin senang. Sebab mereka bisa memaksimalkan performa motor dari awal hingga akhir balapan.
Tapi sayangnya pakem yang digunakan oleh Bridgestone, hanya sedikit memberikan tontonan menarik bagi penonton. Minimnya aksi susul-menyusul dan strategi penggunaan ban adalah hal yang dianggap jadi masalah besar di MotoGP.
Jika dibandingkan dengan filosofi yang digunakan oleh Pirelli, memang cukup bertolak-belakang. Dimana karakter ban Pirelli bisa cepat aus. Namun inilah yang justru membuat ajang balap WSBK yang menggunakan ban tersebut, jadi lebih seru. Jadi pembalap yang awalnya memimpin jauh di depan, belum tentu bisa memenangi balapan.
Dari sisi tontonan, tentunya Pirelli lebih mengakomodasi keinginan untuk melihat serunya balapan ketimbang kesempurnaan performa seorang pembalap. Tapi kembali lagi kepada keputusan untuk menggunakannya dan juga permainan politik yang berlaku di sebuah ajang balapan dunia. (otosport.co.id)
Editor | : | Bagja |
KOMENTAR