"Rekan-rekan Saya sesama pembalap road race Jawa Timur banyak yang ikut serta, tapi hasilnya enggak semua baik. Padahal ada Nur Iwan, Anza Noveldi dan beberapa pembalap senior lainnya," buka Bobby Aranxa, mantan pembalap yang juga ikut serta.
Kegagalan mereka bukan hanya karena minimnya persiapan. Tapi juga diyakini karena adanya perbedaan cara bawa motor saat balap sebagai road racer dan sebagai peslalom.
"Benar-benar beda dengan road race. Rasanya pembalap road race harus banyak latihan. Ini bukan kecepatan tapi keseimbangan," ungkap Dokter Heri Agung, peslalom mobil nasional yang turun di Blade slalom dan jadi pemenang di beberapa kelas.
"Peslalom yang basisnya freestyle malah akan lebih cepat menyesuaikan diri," lanjut pria maniak balap yang pernah turun road race ini. Hal serupa juga di akui Bobby.
"Menikung di road race lebih banyak parabolik dan dalam kecepatan tinggi. Tapi ini kecepatannya rendah dan menuntut kejelian membaca dan mengingat jalur yang akan dilalui," ungkap bobby yang setelah pensiun balap, banyak melatih pembalap-pembalap muda ini.
"Ada beberapa teman yang sudah kencang, tapi giliran mau menikung lupa harus ke kanan atau ke kiri. Selain skill-nya beda, kemampuan mengingat juga penting," tambah pria berkulit gelap ini.
Artinya, tahun depan pembalap road race harus banyak berlatih. Jangan mau kalah dari freestyler! (otosport.otomotifnet.com)
Editor | : | billy |
KOMENTAR