Senin Dan Jumat
Wacana dicuatkan secara bersamaan Dishub dan Ditlantas Polda Metro Jaya. Diyakini pemberlakuan sistem ini bisa mengurangi kemacetan secara signifikan. Ganjil genap ini juga telah diterapkan di luar negeri.
"Pemberlakuan pembatasan penggunaan kendaraan pribadi berdasarkan nomor polisi (nopol) ganjil-genap diutamakan di jalan yang dilintasi busway dan jalan tol. Diharapkan, pemilik kendaraan pribadi sekaligus bisa beralih ke Transjakarta," ujar Ir Udar Pristono, Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta.
Disadari bahwa pemilik kendaraan pribadi memiliki andil utama penyebab kemacetan di Jakarta. Karena itu sudah selayaknya harus dilakukan upaya ekstrem seperti halnya pembatasan dengan nopol ganjil-genap ini. Jadi ini sekaligus upaya penekanan penggunaan kendaraan pribadi.
Caranya, bisa dengan misalnya nopol ganjil yang boleh beroperasi. Lalu, hari berikutnya genap begitu seterusnya.Hanya saja memang pemberlakuan kebijakan tersebut harus diawasi secara ketat. Petugas wajib jeli melihat nopol mobil ganjil dan genap sekaligus keabsahan dari nopol tersebut.
"Pengawasan ini dibutuhkan untuk mencegah pemalsuan nopol ganda. Kalau orang kaya yang memiliki beberapa mobil, ya memang susah untuk dicegah. Tapi kan itu jumlahnya gak terlalu banyak," lanjut Pristono.
Komisaris Besar Royke Lumowa, Direktur Lalu Lintas Polda Metro Jaya memiliki gagasan lebih tajam. "Kemungkinan hari yang paling pas untuk ujicoba pembatasan penggunaan mobil pribadi itu Senin dan Jumat. Alasannya, karena pada hari itu lalu lintas sangat padat," ujar Royke.
Sedangkan Jumat, kepadatan terjadi karena saat itu orang banyak yang ingin berakhir pekan. Dua hari itu dulu untuk ujicoba. Kalau ternyata efektif bisa dilanjutkan secara selang-seling setiap harinya.
Royke juga setuju dengan pilihan ruas jalan yang dilewati bus Transjakarta. Dengan begitu, mereka yang kena giliran tidak boleh melintas, dapat menggunakan Transjakarta sebagai alternatif. Menuju halte busway, bisa menggunakan bus, mikrolet, taksi atau menumpang mobil teman.
Pola nebeng ke mobil teman atau tetangga ini lanjut Royke, dapat membudaya sehingga lama kelamaan dapat menambah teman atau persahabatan. "Kebiasaan seperti ini pernah terjadi juga di kota-kota besar di negara-negara maju," lanjut perwira menengah berdarah Manado itu.
Jangan Takut
Sementara itu Azas Tigor Nainggolan SH MSi, Ketua Dewan Transportasi Kota DKI Jakarta menyambut baik rencana Pemprov DKI Jakarta menerapkan aturan ganjil genap itu. "Secara sederhana bisa dikalkulasikan, akan bisa mengurangi kemacetan hingga 50 persen saat itu. Karena jumlah pemilik kendaraan dengan nomor belakang ganjil dan genap itu kira-kira kan sama," ujar Tigor.
Maka itu, DTK merekomendasikan kebijakan itu. Yang penting lanjutnya segera dibuatkan payung hukumnya biar bisa segera dilakukan sosialisasi. "Jangan takut memberlakukan kebijakan itu. Seperti halnya pembatasan truk kan banyak yang menentang awalnya. Namun kemudian lebih banyak yang mendukung karena manfaatnya terasa bagi orang banyak," lanjutnya.
Dasar hukum pemberlakuan ganjil-genap itu sesuai dengan UU No. 22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, point untuk mengatasi kemacetan dibutuhkan kebijakan dengan memanfaatkan kendaraan sebagai obyek utama.
DTK juga memberi rekomendasi pemberlakuan ganjil genap itu untuk jalan yang bersinggungan dengan jalur busway. Tujuannya agar pemilik kendaraan bisa beralih ke Transjakarta. Tentu saja armada dan jadwal bus Transjakarta harus ditambah dan diperbaiki dari yang sekarang.
Tigor juga setuju diperbanyak Park and Ride dengan ongkos yang mahal. Terutama di pinggiran Jakarta dan sudut kota lainnya. Diakuinya, untuk mengatasi kemacetan di Jakarta memang dibutuhkan kebijakan yang ekstrem. Bahwa kemudian ada yang pro dan kontra itu hal biasa.
"Polisi juga enggak perlu repot. Dipasang rambu saja di jalan yang diterapkan kebijakan itu. Setelah sosialisasi, bisa langsung diterapkan penindakan. Kan pelanggaran rambu sudah ada Undang Undangnya. Terapkan saja itu," lanjut Tigor.
Darmaningtyas, pengamat lalu lintas setuju dengan pemberlakuan sistem pelat nomor ganjil dan genap dipakai di Jakarta. Apalagi juga sudah diterapkan di beberapa negara. "Hanya saja, apakah polisi akan teliti memelototi pelat nomor mobil. Bagaimana kalau ada yang melanggar dan jalannya di tengah? Bikin macet tidak," ungkap Tyas tentang kebijakan yang rencananya akan diterapkan saat berlangsung SEA Games, November 2011 mendatang.
Secara matematis, lanjut Tyas, akan mengurangi 50 persen mobil yang keluar setiap harinya. Tetapi bisa ada akal-akalan bikin 2 pelat nomor tidak? "Kalau lebih mudah, malah dari pemakaian warna mobil: gelap dan terang. Itu tidak bisa diakali, kecuali orang punya mobil lebih dari satu," tandasnya.
Wahhh?? (mobil.otomotifnet.com)
Editor | : | billy |
KOMENTAR