|
Pihak Auto2000 sendiri berhasil menjual 220 ribu unit mobil Toyota sepanjang tahun 2010 lalu. Anak perusahaan PT Astra International, Tbk ini menjadi penyumbang terbesar penjualan Toyota di Indonesia.
“Sekitar 78 persen dari penjualan PT Toyota Astra Motor (ATPM Toyota), dari kami,” ujar Jody.
Namun begitu, meski diyakini pasar mobil akan tumbuh tahun ini, pihaknya tetap mencanangkan bisa menjual Toyota sebesar 78-80%. Apa alasannya, dan bagaimana ia melihat pasar mobil secara keseluruhan di Indonesia?
Berikut petikan wawancara OTOMOTIF dengan Jodjana Jody di kantornya, Sunter.
OTOMOTIF (OTO): Kenapa target tahun ini masih tetap 78 persen?
Jodjana Jody (JJ): Kita berhitung berdasarkan market . Artinya, ketika Toyota Astra Motor (TAM) bisa menjual mobil sekitar 37-38 persen dari total penjualan mobil nasional atau setara dengan kira-kira 304 ribu unit, kita menargetkan bisa menjual 234 ribu unit. Kalau dihitung persentase, kira-kira sama sekitar 78-80 persen dari penjualan total Toyota. Itu dasarnya kita menetapkan target.
OTO: Masih tetap yakin pasar bakal tumbuh tinggi, meskipun ada kebijakan pemerintah yang kurang mendukung seperti adanya kenaikan pajak bea balik nama di beberapa daerah?
JJ: Saya yakin masih tetap tumbuh. memang ada beberapa kebijakan pemerintah yang bisa mengerem penjualan otomotif pada tingkat retail. Misalnya saja Pajak Bea Balik Nama yang ditetapkan berbeda-beda di tiap daerah. Bisa membuat penjualan kurang bagus. Contohnya di Jawa Timur. Begitu ditetapkan sebesar 15 persen, market-nya sejak Januari-Maret ini langsung drop sebesar 30 persen.
Tetapi, bukan berarti secara total akan berkurang. Secara umum pasar mobil di Indonesia itu grafiknya naik terus, meskipun terlihat naik dratis dan turun juga drastis, tetapi marketnya tetap naik. Makanya, kondisi seperti ini bisa disiasati dengan melihat daerah mana yang bisa menutupi kurangnya penjualan di daerah itu. Misalnya saja di Sumatra dan Sulawesi yang potensinya semakin berkembang saat ini.
OTO: Sebagus apa perkembangannya?
JJ: Di daerah-daerah semacam Sumatra dan Sulawesi hasil perkebunan dan hasil bumi lainnya itu bagus perkembangannya. hal ini yang berpotensi untuk menaikkan penjualan mobil di daerah itu. Semoga bisa trade off dengan pasar Jawa Timur yang menurun.
OTO: Bagaimana kebijakan soal pembatasn BBM Subsidi?
JJ: Fenomena pasar otomotif itu memang naik-turun. Kita mesti bisa mencermati dengan baik. soal BBM subsidi ini juga berpengaruh besar. Saya melihat kembali ke masa 2005 lalu. Ketika itu, harga BBM subsidi naik hampir 100 persen dari Rp 2.000 per liter jadi Rp 4.500 per liter, pasar otomotif langsung drop 35 persen. Memang sih sebenarnya tidak bisa disamakan langsung dengan kondisi sekarang. karena beberapa faktor yang ada bisa dibilang berbeda.
Misalnya, ketika tahun 2005 lalu, bunga pinjaman bank bisa mencapai 10-11 persen, kalau sekarang hanya 4-5 persen. Begitu juga dengan pertumbuhan ekonomi yang bisa mencapai 6-7 persen tahun ini, berbeda dengan tahun 2005 lalu. Makanya, kalau dikoreksi dengan berbagai hal itu, jika diberlakukan pembatasan BBM bersubsidi kemungkinan market akan drop sekitar 10 persen saja.
Selain itu, harapan saya, jika memang diberlakukan bisa berdampak selama 3-6 bulan. Setelah itu akan normal kembali karena orang selama masa itu akan berfikir kembali pos-pos pengeluaran mana yang bisa dikurangi. Sebab, mobil itu kan bisa dibilang sekarang menjadi kebutuhan pokok.
OTO: Lalu, apa strategi Auto2000 buat menghadapi dinamika pasar seperti ini?
JJ: Kita memang harus membuat perencanaan dengan baik. Tadinya, bila pemerintah memberlakukan kebijakan pembatasan subsidi saat ini, dampaknya bisa pada semester 2. Makanya, untuk Februari-Maret. Tetapi karena belum jelas juga buat kita juga menjadi enggak enak, karena belum di putuskan.
Selain itu, adanya gempa di Jepang juga bisa mengubah skenario seluruhnya. Ini berkaitan dengan pasokan mobil dari pabrik. Meskipun untuk tahu lebih detailnya, bisa ditanyakan ke TMMIN (Toyota Motor Manufacturing Indonesia, pabrik Toyota di sini).
OTO: Apa kaitannya?
JJ: Begini, untuk membuat mobil itu kan ada ratusan supplier, yang saya tahu, untuk first tier (tingkat pertama) paling enggak 150 perusahaan. Kemudian second tier paling tidak 850 perusahaan. Untuk menelusuri yang mana (perusahaan) terkena dampak gempa kan enggak gampang. Butuh waktu. Sebab, beberapa komponen dari perusahaan itu juga enggak murni dari lokal, ada juga yang dari Jepang. Mungkin untuk produksi 1-2 bulan enggak terganggu.
Terlepas dari persoalan suplai itu, di Auto2000 saya membuat aneka program kemudahan. Yang paling baru adalah 12 Program ‘Life is Easy’. yaitu program kemudahan bagi konsumen dalam mendapatkan Toyota di Auto2000.
Saya mau membuat Auto2000 menjadi perusahaan terpercaya dalam pelayanan konsumen. Kita inginnya, orang yang beli Toyota di Auto2000 seperti membeli makanan capat saji. Makanya, pelayanan yang kami utamakan. Seperti slogan kami ‘Semua Urusan Toyota Jadi Mudah.’
Semua itu dimulai dari kedatangan konsumen ke dealer, memilih hingga pascapembelian. Misalnya saja, ketika membeli, konsumen tak perlu mengisi terlalu banyak kertas kerja. Semua dilakukan oleh sales kami.
Begitupun dengan setelah membeli. Untuk perawatan kita memberi gratis ongkos kerja hingga
OTO: Untuk menuju itu, apa yang sudah disiapkan Auto2000?
JJ: Saya selalu menekankan soal pelayanan. Auto2000 tidak bisa lagi berpatokan pada layanan 100 persen. Sebab, konsumen jika dilayani dengan pelayanan 100 persen, buat mereka sudah biasa. Kita maunya memberi pelayanan sampai 120 persen. Enggak bisa lagi sesuai standar saja.
Apalagi sekarang konsumen Auto2000 punya harapan yang besar terhadap pelayanan. Di social media seringkali kita mendapat masukan dari konsumen perihal layanan yang kurang memuaskan. Tetepai bukan ‘dikacang-kacangin’ (direndahkan).
Artinya kan memang konsumen kami itu penginnya dilayanai secara lebih. kalau tidak ada komplain seperti itu, kan bisa jadi konsumen kita enggak peduli lagi atau memang ekspektasinya tidak setinggi itu.
Contohnya, kalau ktia pergi dengan maskapai pnerbangan yang memang dikenal kurang bagus pelayanannya, tentu ekspektasi kita enggak setinggi kalau kita pergi dengan maskapai pnerbangan yang memagn sudah terkenal dengan pelayanannya baik.
Nah, sebaliknya, untuk maskapai yang pelayanannya baik, tentu kalau dilayani secara standar sesuai prosedur yah itu baru mencapai 100 persen. Makanya, perlu yang namanya sentuhan personal pada konsumen. Mulai dari petugas sekuriti hingga pimpinan seperti harus memberi layanan secara personal. Itu yang saya bilang 120 persen.
Jaringan hingga tingkat kabupaten |
JJ: Betul. Menurut saya, organisasi apapun, SDM memegang peranan penting. Makanya, ketika pertama kali masuk di tahun 2009 saya langsung memfungsikan pengembangan SDM dengan membangun lembaga pelatihan internal.
Sebab, 5 tahun ke depan kita pengin Auto2000 itu tumbuh besar. Hal ini seiring dengan apa yang dicanangkan pemerintah tentang pertumbuhan mobil yang diprediksi bisa mencapai 1 juta unit.
OTO: Berapa sih alokasi biaya buat pengembangan SDM di Auto2000?
JJ: Secara angka, tidak besar. Kami hanya mengalokasikan 3% dari total OPEX (operational expenses/biaya operasi). Tetapi ada yang tidak bisa dihitung dengan nilai uang, yaitu pengajarnya yang kita ambil dari internal.
Saya sendiri masih mengajarkan pada anak buah saya untuk melakukan hal-hal yang penting dalam pelayanan. Selain itu, direktur-direktur saya juga masih mengajar. Nah itu yang tidak bisa ternilai dengan uang.
OTO: Bagaimana Anda memimpin paling tidak 4.000 karyawan di Auto2000?
JJ: Tugas saya sebagai CEO itu kan lebih pada bicara-bicara pada hal yang sama. Artinya saya lebih banyak memotivasi karyawan. Saya juga bikin berita-berita tentang market dan kemudian disebarkan ke para bawahan. Lebih pada memotivasi karyawan.
Soal bisnis juga ditangani tetapi operasional saya serahkan pada direktur. sementara saya lebih pada pengarahan secara umum, mau dibawa kemana organsisasi ini.
Soal motivasi karyawan, saya juga langsung mengirimkan pada karyawan. hal ini dimaksudkan agar karyawan juga termotivasi. bayangkan, yang memberi arahan lagnsung ke mereka adalah bos dari bosnya. Artinya ada sentuhan secara personal. Selain itu, perlu juga ada keterbukaan informasi terhadap seluruh karyawan.
Modal Merantau Rp 300 Ribu
Masuk di lingkungan PT Toyota Astra Motor (TAM) sejak tahun 1992, Jodjana Jody sudah berurusan dengan segala hal yang berkaitan dengan pengembangan SDM.
“Saat itu saya masuk menjadi Trainer,” sebut lulusan Universitas Gajah Mada 1991 ini. Perlahan tapai pasti, kariernya melesat hingga di percaya menjadi chief executive officer di Auto2000 tahun 2009.
“Kalau tidak salah Mei atau Juni. Hal yang pertama kali saya cetuskan adalah pengembangan SDM dengan membuat program pelatihan lebih intensif. Karena itu adalah dapurnya, sementara bahannya adalah SDM. kalau bahannya tidak dimasak dengan benar, bisa busuk,” ujarnya berfilosofi.
Ada cerita menarik perihal perjuangan yang dilakoninya sehingga terdampar di TAM. Tahun 1987, ia merantau dari Jambi ke tanah Jawa. “Saya bilang sama orangtua saya di Sumatra. kalau saya tidak masuk UGM, saya akan pulang kampung aja. akhirnya, saya mengumpulkan uang, saat itu, saya dapat Rp 300 ribu, lalu merantau ke Jawa.”
Sesampainya di Yogyakarta, ia langsung mengikuti tes masuk di UGM. Sayangnya, minat Jody terhadap teknik mesin mesti diurungkan. “Saya kecewa banget enggak bisa masuk teknik mesin UGM. akhirnya malah saya diterima di fakultas ekonomi. Sempat juga mencoba masuk Universitas Atmajaya, tetapi karena uang sumbangannya Rp 1 juta saya enggak bisa,” tuturnya.
Meski begitu, ia tetap melakoni berkuliah di fakultas ekonomi UGM. Tampaknya ini adalah jalan hidupnya, sehingga pada semester 5 ia bisa menjadi asisten dosen pada jurasannya itu. “Lumayan buat tambah-tamabahn uang saku,” ujar pemukim di Cidodol, Tangerang ini.
Hingga akhirnya, ia mendapat beasiswa dari TAM hingga lulus kuliah. Saat itu SPP-nya hanya Rp 90 ribu. Saya dapat beasiswa sampai lulus tahun 1991.” Setelah itu kemudian ia meraih gelar MBA dari James Cook University, Australia.
Kini, setelah menduduki posisi puncak di Auto2000, ia mengaku masih bercita-cita ingin mengajar. “Mungkin beberapa tahun ke depan saya ingin mengajar managemen strategic. Setelah saya mendapat banyak pengalaman menajdi CEO,” tuturnya. (mobil.otomotifnet.com)
Editor | : | billy |
KOMENTAR