|
OTOMOTIFNET - Geregetan, Jadinya Geregetan Apa Yang Harus Ku Lakukan..., Secuplik reff lagu Sherina Munaf berjudul ‘Gregetan’ di atas sangat pantas ditujukan kepada DKI Jakarta. Betapa tidak, melihat kondisi lalu lintas dan transportasi yang semerawut bikin hati jadi gregetan, tapi apa yang harus dilakukan bagi warga yang bermukin di ibukota tercinta ini?
Pindah rumah dan kantor ke kota lain? Agaknya mustahil. Atau, tinggalkan kendaraan pribadi di rumah trus naik angkutan umum untuk beraktivitas? Seperti lebih mustahil lagi!
Karena kendaraan pribadi, khususnya motor masih menjadi transportasi yang paling terjangkau, efektif, nyaman dan cepat di Jakarta. “Orang mau lama pekerjaan aja syaratnya mesti punya kendaraan pribadi kan,” kata Dyonisius Beti, president director PT Yamaha Motor Kencana Indonesia, ATPM motor Yamaha di Indonesia.
Beberapa ahli maupun pengamat transportasi kurang setuju dengan berbagai wacana dan kebijakan yang selama ini dilontarkan oleh pemerintah guna mengatasi kemacetan karena tidak mengena ke akar permasalahannya.
Mereka lebih menyarankan, segera benahi transportasi umum/massal! Kalau enggak, tahun depan dijamin pagi-pagi keluar komplek rumah bakal penuh sesak dengan berbagai jenis kendaraan.
Gregetan..
Prof.DR.Danang Parikesit (Ketum Masyarakat Transportasi Indonesia)
Jika melihat proporsi kendaraan pribadi dengan angkutan umum di wilayah DKI Jakarta, masih jauh dari ideal. Karena jumlah kendaraan pribadi yang digunakan masih 98%, sementara angkutan umum yang tersedia hanya 1,4-2%.
Kondisinya sekarang, dari 98% kendaraan pribadi hanya mengangkut 45%, sedang angkutan umum dengan jumlah maksimum hanya 2% tadi harus mengangkut 55% (non-kereta api mungkin sekitar 52%). Kesimpulannya, angkutan umum dalam jumlah terbatas ini, mesti mengangkut penumpang dalam jumlah sangat besar.
Untuk dapat mengarah ke sistem transportasi ideal, 65% dapat diangkut dengan angkutan umum dan 35% diangkut oleh kendaraan pribadi (mobil & motor). Artinya, tidak ada alasan lain untuk tidak meningkatkan mutu dari moda transportasi massal, baik jumlah maupun jaringan pelayanannya.
Jika dikalkulasi, busway (Trans Jakarta) saat ini hanya sanggup mengangkut sekitar 300 ribu orang/hari, kereta api commuter (Jabotabek) sekitar 300-350 ribu orang/hari. Total daya angkut per hari yang bisa dilayani angkutan umum ini maksimal sekitar 650 ribu orang/hari, di luar angkutan umum lain macam bus kota dan mikrolet.
Solusinya, sebenarnya bisa diatasi dengan pengadaan angkutan umum yang bagus. Bagus di sini harus dapat memenuhi 3 hal penting. Pertama, kapasitasnya harus mencukupi. Artinya, jumlah daya angkut memadai.
Kedua, frekuensinya tinggi dan ketiga waktu perjalanan lebih cepat ketimbang kendaraan pribadi (mobil & motor pribadi). Sementara faktor keamanan dan keselamatan merupakan dua hal pokok yang jadi pondasi dari ketiga hal tersebut.
Permasalahannya saat ini, sebagian besar dari pengguna transportasi atau pelaku perjalanan, lebih banyak melakukan trip dalam jarak pendek untuk di dalam kota, pastinya mereka butuh waktu perjalanan yang relatif singkat serta kemudahan akses menuju lokasi tujuan.
Berdasarkan kalkulasi dari jumlah daya angkut moda transportasi massal tadi, harus segera didongkrak dengan menambah jumlah angkutan umum. Seperti menaikkan frekuensi busway pada semua koridor, kemungkinan akan mendongkrak daya angkut jadi 1 juta orang/hari, kereta api commuter (Jabotabek) dinaikkan ke 2 juta orang/hari.
Sementara MRT (Mass Rapid Transit) diasumsikan harus mampu mengangkut penumpang maksimal 2 juta orang/hari. Totalnya sekitar 5 juta orang/hari.
Jika jumlah orang yang melakukan perjalanan diasumsikan sekitar 25 juta orang/hari, sementara jumlah daya angkut transportasi massal tadi (busway, kereta api commuter, MRT) hanya sekitar 5 juta orang/hari, persentase yang dapat dilayani baru 20%. Padahal jumlah ideal yang diinginkan 65%.
Tak pelak jika angkutan non-massal seperti bus kota, Metromini, Kopaja, Mikrolet masih penting di dalam penyediaan angkutan bagi masyarakat di Jakarta. Untuk membenahi rute antara angkutan massal dengan non-massal ini, Pemprov DKI Jakarta mesti melakukan restrukturisasi rute angkutan umum.
Karena saat ini masih banyak rute yang bersinggungan satu sama lain, sehingga penataan jalur angkutan umum harus dijadikan prioritas jangka menengah.
Untuk jangka pendek, prioritas yang harus dilakukan seperti menyelesaikan dua hal pokok yang selama ini terbengkalai. Selain menerapkan sistem sterilisasi jalur busway yang sebenarnya gak menaikkan kapasitas apapun untuk mengatasi kemacetan, seluruh koridor busway yang belum beroperasi harus segera diselesaikan.
Lalu bangun jalur ekstension jalur busway menuju daerah penyangga di wilayah Jabodetabek. Lantaran pelaku perjalanan di wilayah DKI Jakarta, banyak yang berasal dari luar Jakarta. Sehingga moda transportasi massal ini mesti dimanfaatkan secara optimal.
Penulis/Foto: Nawita, Anton, eRIE, Pj / Anton
Editor | : | Editor |
KOMENTAR