Tidak heran jika pembatasan sistem kontrol elektronik yang sempat diusulkan oleh Carmelo Ezpeleta selaku CEO Dorna Sport (promotor MotoGP), ditolak mentah-mentah oleh tim pabrikan. Menurut mereka pembatasan kontrol elektronik di MotoGP tidak sesuai dengan filosofi ajang balap itu sendiri.
Hal ini juga disepakati oleh Michael Czysz sebagai pencetus balap motor listrik yaitu MotoCzysz. Ia sepakat dengan tim-tim pabrikan di MotoGP, bahwa kontrol elektronik tidak seharusnya dibatasi. Sebab ini adalah adalah hal yang membuat MotoGP jadi balapan prototipe yang sebenarnya.
Tapi ide untuk membebaskan sistem elektronik jadi penyambung artikel sebelumnya tentang pemberlakuan kapasitas mesin 250 cc hingga kelas tertinggi di ajang balap prototipe. Namun khusus untuk kelas Moto3 dan Moto2 ada pembatasan sistem pada level tertentu.
“Kontrol elektronik memainkan peran besar di MotoGP, makanya saya tidak sistem tersebut dibatasi di MotoGP. Namun khusus untuk kelas 250 cc (Moto3) dan kelas 500 cc (Moto2) seperti format yang saya usulkan, harus ada pembatasan. Sementara kontrol eMotoGP ” jelas Czysz.
Bukan hanya untuk MotoGP saja, namun Czysz juga memberikan gambaran ideal untuk kontrol elektronik di ajang World Supersport Championship (WSS) dan WSBK. Kondisinya akan seperti di MotoGP antara Moto2 dan MotoGP. Bedanya hanya sistem homologasi dan pembebasan sistem kontrol tersebut. (otosport.co.id)
Berikut gambaran dari Czysz tentang regulasi kontrol elektronik di MotoGP dan WSBK :
- Moto3 : kontrol elektronik dibatasi hanya 1 pemasok saja.
- Moto2 : kontrol elektronik terbuka, namun harus melalui homologasi dari FIM.
- MotoGP : kontrol elektronik dibebaskan (tak terbatas).
- WSS : kontrol elektronik terbuka, namun harus melalui homologasi dari FIM.
- WSBK : kontrol elektronik dibebaskan (tak terbatas).
Editor | : | Bagja |
KOMENTAR