Underpass dan flyover simpan potensi petaka |
OTOMOTIFNET - Jalan sebagai kambing hitam, meski umumnya jalanan di Indonesia memang tak ideal kondisinya jelas sudah terpatahkan. Sebab menurut Ir. Supriyono, MS, desain jalan pada prinsipnya dibuat berdasar kelas jalan.
Di Indonesia kelas jalan dibagi dalam 3 golongan, kelas I, II (A, B, C) dan III. Kelas jalan itu yang tentukan lebar ruas, kekerasan, jenis permukaan sampai jari-jari tikungan.
“Kelas dibuat berdasar tingkat kepentingan atau nilai vitalnya jalan. Jalan kelas I itu seperti jalan S Parman, Gatot Subroto atau Cawang di Jakarta. Termasuk juga jalan tol atau freeway,” kata kepala Laboratorium Transportasi, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Trisakti.
Freeway adalah jalan yang dirancang buat kecepatan tinggi. “Di atas 60 km/jam, bisa sampai 100 km/jam. Sejelek-jeleknya jalan masih bisa sampai 50 jm/jam,” lanjut pria yang alumnus ITS dan ITB ini.
Karena itu jalannya harus sebidang, tidak ada persimpangan, persimpangan dibuat atas bawah dengan flyover atau underpass. Selain itu akan ada persimpangan, pertigaan, perempatan, dan sebagainya. Ini dibagi lagi dalam dua kelompok, jalan urban (dalam kota) dan rural (pinggiran kota). “Jalan Rasuna Said di Kuningan termasuk jalan urban, kelas I,” katanya lagi.
Jalan sepi bukan berarti hilang waspada |
Diingatkan, jalan dalam kota secara filosofi dirancang cuma untuk kecepatan maksimum 40 km/jam. “Karena falsafah sebenarnya jalan raya dalam kota itu milik pejalan kaki, kendaraan itu menumpang”, ujar pria yang jadi dosen selama 28 tahun itu.
Nah dengan kecepatan 40 km/jam, kalau terjadi hal-hal yang tidak terduga di persimpangan atau pejalan kaki di sekitarnya, masih bisa mengantisipasi. Kendaraan masih bisa dipaksa berhenti.
Jadi kalau di dalam kota, orang lebih dari 40 km/jam lalu celaka, yang salah mobilnya. Tentu kembali harus dipahami kalau pemegang kendali mobil lagi-lagi juga tak boleh diabaikan.
Mulai sekarang cobalah untuk lebih peduli dengan kemampuan yang sebenarnya dari Anda saat berkendara. Kendaraan yang canggih, tak akan berguna banyak saat dikendarai tanpa waspada tingkat tinggi pula.
Penulis/Foto: Nawita, eRIE / Jodi
Editor | : | Editor |
KOMENTAR