|
OTOMOTIFNET - Karena mengacu standar kerja pabrikan, maka opsi untuk mengakali memang jadi terbatas. Ambil contoh jika ada satu panel bodi yang ringsek.
“Jika memang dianggap akan menurunkan mutu hasil akhir, pilihan untuk ganti panel bodi akan kami yakinkan ke konsumen,” ujar Adji.
Keempat kampiun body repair bengkel resmi ini serempak bilang bahwa ini bukan karena mereka mau gampangnya.
Sebab membuat mobil konsumen bisa tampil lagi seolah belum pernah rusak jadi tujuan akhir. “Kalaupun ada opsi kenteng, kami lihat dulu urgensinya,” jujur Hersunoto.
Begitu pula jika pihak bengkel menerima mobil dalam kondisi ringsek, termasuk sasis bengkok. Proses perbaikan serta pemakaian suku cadang assy jadi prioritas. "Kami bisa bikin nomor sasis baru jika yang lama rusak, tapi lapor dulu ke polisi," senyum Sutarsono.
Munculnya gejala lari anjing akibat mobil terguling atau benturan dashyat jelas haram buat mereka. Unsur safety juga yang tak boleh mereka abaikan.
Daihatsu saja andalkan cat buatan Dupont | Pengecatan bumper dilakukan secara tertutup, agar tak belang |
BENARKAH MAHAL?
Totok mengakui bahwa kenyataannya ongkos kerja di bengkel resmi memang lebih mahal dibanding bengkel umum. “Tapi kami memakai bahan dengan kualitas grade satu,” belanya. “Relatif kok, biaya siram cat saja buat Jazz lama kami kenai harga Rp 12 jutaan, bengkel umum ada yang lebih mahal,” kata Hersunoto.
Untuk bahan cat, semua bengkel yang disambangi OTOMOTIF andalkan produk tenar. Contoh merek DuPont, Spies Hecker, Sikkens maupun Glasurit. Pilihan spek cat yang polyeurethane dan water base bukan hal aneh.
Untuk Avanza, kata Totok, perbaikan bumper depan Rp 640 ribu, bumper belakang Rp 640 ribu, pintu depan panel Rp 730 ribu per panel, backdoor Rp 730 ribu. “Harga belum termasuk PPN 10%,” ingatnya. “Untuk bumper Rp 550 ribu,” promosi Sutarsono.
Keempatnya juga sepakat bahwa selain peralatan perbaikan yang lengkap dan modern, pelatihan berkala buat tambah kemampuan para mekanik juga dijabani. “Paling enggak setahun sekali ada pelatihan,” ungkap Adji. Lagi-lagi semua demi mutu tinggi hasil akhir.
Musti ngantre gak ya?
Penulis/Foto: Jodi, Anton, eRIE / Jodi, eRIE
Editor | : | Editor |
KOMENTAR