|
Bentuknya yang sangat dinamis, memang pas untuk tunggangan anak muda. Belum lagi, prestasi di dunia balap pun cukup gemilang. Tak kurang ajang balap turing dan drag race penunggang Estilo kerap naik podium.
Penggemar dream car back to 90’s (BT90’S) ini seolah tidak pernah berkurang. Seperti anggota Honda Estilo Club (HEC), yang sudah berdiri sejak 2000 itu.
"Cukup banyak yang tergabung di klub ini, bahkan tak hanya di Jakarta dan sekitarnya saja," ujar Miko, selaku humas HEC.
Kalau di Jakarta dan sekitarnya ada 17 mobil yang jadi anggota, sementara kalau di kumpulkan hingga di luar Jakarta mencapai lebih dari 65 anggota. "Semuanya berinduk pada HEC di Jakarta, karena AD/ARTnya mengacu dari HEC di sini," tutur Miko.
Buat sesama penggemar Estilo, tak menutup kemungkinan untuk berkonsultasi soal hatchback ini. "Kadang-kadang di jalan juga ketemu orang yang tanya-tanya soal Estilo," ungkap lelaki yang berdomisili di Jakarta Barat itu.
Hal unik soal pemilik Estilo adalah ‘kesetiaan' pada tunggangan. Ada anggota yang sudah menjual Estilonya, tetapi tetap ingin membeli kembali. "Gue jual dulu ke om, tapi nanti pasti ditebus lagi kayanya," ujar Diaz yang kini tidak menggunakan Estilo tetapi masih tergabung dalam HEC.
Maklum saja, ada beberapa hal yang dirasakan enak pada mobil 1.600 cc ini, yang membuat pemiliknya susah berpindah ke lain mobil. "Pada zamannya, di era awal 90-an, Honda Estilo memiliki keunggulan lain dibandingkan rival-rivalnya," ujar Taqwa SS, dari Garden Speed yang kerap terjun di ajang balap.
Mesin standar, masih mumpuni untuk sehari-hari (kiri). Penggunaan head VTEC juga bisa buat silinder standar (tengah). Mesin H22 bisa dipasang tanpa banyak ubahan (kanan)
Nah karena tak jarang yang dipakai balap, tentu calon pemilik Estilo mesti cermat untuk memilih tunggangannya. "Sekarang memang bengkel bodi sudah canggih, kalau mobil bekas balap bisa direnovasi hingga benar-benar mulus, tetapi ada hal yang perlu diperhatikan, jangan sampai pernah tabrakan!" wantinya.
Melihat apakah mobil sudah pernah mengalami benturan keras, tentu beberapa hal detail perlu dilihat. Seperti bagian depan, pada sambungan bodi, atau nat yang harus terlihat mulus, lantas apron yang lurus, serta beberapa hal lain yang tak sama dengan mobil yang masih belum ‘cidera'.
"Paling enak, ajak teman yang memiliki mobil serupa yang masih mulus dan dalam kondisi baik, sehingga bisa dibandingkan secara langsung," kiatnya. Hal lainnya, jika ingin membeli, sebaiknya mengetahui juga riwayat tunggangan itu. "Misal beli Estilo dari teman, kerabat yang kita tahu bagaimana ia menggunakan mobilnya," jelas Taqwa.
Kaki-kaki, kerap diganti ketika awal membeli bekas (kiri). Interior masih banyak yang dalam kondisi bagus (kanan).
"Biaya totalnya bisa mencapai Rp 5 juta, sudah termasuk sokbreker," jelasnya.
Kalau mesin? Itu pun tak merepotkan. Beberapa komponennya masih mudah didapat, bahkan tak perlu bengkel khusus untuk mereparasi Estilo. Terbukti ketika beberapa anggota HEC yang berdomisili di berbagai tempat, tidak mengkhususkan diri merawat mobilnya pada bengkel tertentu saja.
"Misal di daerah Bekasi dan sekitarnya, ada bengkel yang sering dipakai teman-teman yang rumahnya dekat sana, sementara kalau di Jakarta Barat, membawa mobil di daerah Srengseng, Jakbar," tuturnya.
Tak menyulitkan.
Lain halnya ketika sudah mengganti mesin atau engine swap, walau pun menurut Taqwa, tak terlalu sulit menerapkan mesin B16 hingga B18 atau H22 hingga mesin K24 sekalipun, pemilik Estilo yang sudah mengganti mesin biasanya hanya mengacu pada bengkel yang memasang mesin tersebut, meski hanya sekadar servis berkala. (mobil.otomotifnet.com)Editor | : | billy |
KOMENTAR