OTOMOTIFNET - Apa jadinya kalo jalur masuk dan buang tak sesuai pasokan? Pastinya kinerja proses pembakaran tidak sempurna. Itulah ilustrasi yang terjadi di dalam kepala silinder motor.
Analoginya, bila suplai bahan bakar yang masuk ke ruang pembakaran sangat besar karena pemakaian ‘karbu’ gambot, tetapi gerbang yang tersedia sebagai jalur masuk bahan bakar terlalu kecil, pastinya pengabutan ideal tak pernah tercapai. Terlebih bila diameter piston juga sudah lebih besar dari standar pabrik.
MURMER HINGGA EKSOTIS
Tak heran bila tuner gaek di belahan bumi manapun akan menyesuaikan diameter klep inlet dan exhaust sesuai pembesaran diameter piston dan venturi karburator. “Semua ada hitungan agar flow bahan bakar bisa mulus dan sesuai kebutuhan mesin,” sahut Erwin Oei, pakar rombak kepala silinder di bilangan Ciputat, Tangerang.
Di pasaran, sudah banyak ragam klep yang bisa menjadi pilihan karena kebutuhan yang semakin beragam. Mulai dari modifikasi bore-up harian hingga versi ekstrem, biasanya memiliki klep favorit. Mulai dari klep asal motor lain (substitusi) hingga pemakaian klep mobil.
Ilustrasi gampang, banyak yang mengadopsi klep inlet dan exhaust dari Suzuki Shogun karena diameter payung klep diklaim paling besar (25 mm dan 21 mm) dibandingkan klep standar pabrik lainnya.
Selain itu diameter dan panjang batang klep dianggap user friendly alias mirip-mirip dengan klep standar motor pabrikan lainnya. Pilihan lain klep standar adalah milik Honda Sonic yang memiliki spesifikasi 28 dan 24 mm.
Mau lebih advance ada klep berkode EE yang konon adalah klep mobil tetapi masih misterius berasal dari mobil apa. Diameternya lebih besar lagi dari Shogun atau Sonic (31 dan 25,5 mm), sehingga tuner lebih lelusa dalam bereksperimen dengan piston bore-up ekstrem.
Bicara klep mobil masih ada pilihan seperti klep dari Toyota Camry yang memiliki diameter batang klep setali tiga uang dengan kebanyakan kepala silinder motor.
“Selain itu payung klep terlebar (37 mm) yang pernah ada di pasar sehingga melakukan modifikasi payung klep menjadi semakin mudah,” jelas Kiki Gustiawan dari Joery Racing di Kebon Jeruk, Jakbar.
Kini sedang booming klep eksotik yang dikemas dengan material titanium. Dibilang eksotik karena harganya yang selangit.
“Sejauh ini harganya berkisar Rp 1,5-1,8 juta per buah untuk klep inlet,” tutur Ovi Sardjan dari PT Kathulistiwa Surya Nusa yang menjadi importir klep titanium asal Amerika. Bobotnya yang ringan menjadikan kinerja valves job ikut enteng sehingga per klep tak perlu berpegas keras.
Jodoh klep yang tak ketinggalan dioprek adalah per klep. Biasanya jurus jitu di sektor per klep adalah pemakaian per dengan daya pegas lebih keras. “Supaya klep tidak floating di rpm atas,” tutur Kiki lagi. Tetapi berdampak kinerja valve jobs (camshaft, pelatuk/rockers dan klep) menjadi berat.
Konon cara ini diklaim menurunkan tenaga maksimal, sehingga klep titanium yang sangat ringan menjadi solusi. Bahkan, per klep standar tak membuat klep floating di putaran atas. Di pasar juga tersedia banyak per klep aftermarket dan pabrikan yang biasa saling tukar.
Mulai dari buatan Dende (Inspiro), CLD, Kawahara, HRP, Barnett hingga per klep yang lazim disebut per klep ‘Jepang’. Harganya pun bervariasi mulai dari Rp 75 ribu sampai di atas Rp 500 ribu. Soal kualitas tentu sangat beragam. Tetapi ada juga yang lebih percaya dengan per klep standar pabrik. “Lebih sering ganti saja, agar performa tetap maknyos,” ujar Akiang.
Table Harga Klep dan Per Klep | |||
Per Klep | Bebek | Skutik | Sport |
Inspiro | 75-90 ribu | 75-90 ribu | 90-150 ribu |
Kawahara | - | 100-125 ribu | - |
Jepang | 400 ribu | 450 ribu | 500 ribu |
Barnett | - | - | 150 ribu |
Moge | 400 ribu | - | - |
Klep | Bebek | Skutik | Sport |
Shogun | 80 ribu | - | - |
Sonic | 225 ribu | - | - |
Kawahara | - | 190 ribu | - |
Camry | 175 ribu | 175 ribu | - |
EE | 180 ribu | 180 ribu | - |
Moge | - | - | 250 ribu |
Titanium | 1,7 juta | 1,5 juta | - |
Penulis/Foto: Aant / Aant
Editor | : | Editor |
KOMENTAR