|
OTOMOTIFNET - Sekarang gimana sih cara bikinnya Hellaflush supaya enggak dianggap ketinggalan zaman? Enggak susah kok, pun tak perlu biaya terlalu mahal selama mengikuti aturan dan pakem yang berlaku universal. Asal jangan sampai salah tangkap ya, ntar malah jadi aneh lagi.
Melihat tren dari majalah-majalah luar negeri, prinsip dasar HF yaitu lebar pelek jauh lebih besar dari lebar tapak ban. "Diameter plus model pelek bukan lagi patokan, yang penting offset pelek sekecil mungkin untuk mengejar bibir pelek sedekat mungkin dengan spakbor," jelas Adil Prakoso Wisaksono, pemilik bengkel Gloria Motor di Jl. Pondok Cabe Raya, Jaksel selaku penggemar sekaligus pemain tren HF. Ukurannya minimal offset 25 untuk kendaraan masa kini, atau 20 untuk yang agak lawas.
Respati Adhi, yang akrab disapa Adhi K.Z. menegaskan belum ada aturan yang pasti tentang syarat suatu modifikasi dinyatakan Hella Flush. “Bukan berarti memasangkan pelek selebar-lebarnya atau seceper-cepernya”, ujar pria berambut gandrong ini.
Yang pasti, pemakaian diameter pelek tak mewajibkan ukuran yang maksimal, tapi harus selaras dengan estetika tampilan mobil yang enggak memaksa.
Intinya, kata Adhi, minimal pelek harus rata sama fender atau bisa saja keluar fender, namun tapak ban masih berada di dalam fender. Otomatis sangat mungkin dapat terjadi kemiringan roda (chamber) dan teknik pemakaian ban dengan lebar tapak yang minimum. Yang terakhir lebih dikenal dengan istilah ban ‘narik’ (stretched tyre).
Contoh spek pelek agresif yaitu diameter 15” dengan lebar 8” atau diameter 18” dengan lebar 10,5”. Sedangkan contoh offset pelek agresif yaitu pelek offset 45 dipasangkan di mobil yang punya offset roda standar 55.
Intinya bikin ban narik dan bibir pelek di luar sepatbor |
Contoh Adil yang pakai pelek Enkei Mesh diameter 15 inci tapi memiliki lebar tapak 8 inci. Pelek selebar itu dipasangkan dengan ban yang hanya berukuran 185/65R15, otomatis ban terlihat narik dari bibir pelek. Ini contoh sederhana loh, selanjutnya tinggal kembangkan saja kreasi masing-masing menyesuaikan pelek favorit.
Bisa saja pakai pelek 18 inci dengan lebar tapak 10 inci, tapi maksimal pakai ban lebar 205/40R18 biar masih terlihat narik.
Spek pelek seperti itu tidak bisa dipukul rata di setiap mobil, pasti berbeda-beda hasil aplikasinya. Untuk itu, diperlukan ajang eksperimen terlebih dahulu dalam hal pemilihan pelek, ban hingga trik mengakali suspensi agar ketinggian bodi tereduksi dan roda pun dapat merapat ke fender.
“Belum tentu mobil dengan suspensi udara yang di-setting sependek-pendeknya bisa jalan, atau justru dengan bermodalkan per custom yang membuat roda mepet fender malah bisa jalan”, ujar pemilik New Jazz ini.
Jadi, bagaimana bisa dikatakan HF? Apakah hanya gabungan dari aggresive offset dengan setingan bibir pelek sedekat-dekatnya dengan fender? “Sekali lagi berdasarkan mobil masing-masing, inilah yang membutuhkan ujicoba, gak ada syarat dan ketentuan berlaku”, imbuhnya.
Memang ada sedikit salah persepsi ketika HF mulai merasuk Tanah Air. Beberapa sempat membuat roda dengan sudut chamber ekstrem minus. "Sebenarnya lebih karena anak-anak sini yang main ekstrem chamber, di asalnya sih enggak sampai segitunya," papar Adil lagi.
Karena kebanyakan kendaraan lansiran Jepang, otomatis harus main di ekstrem chamber demi mengejar tampilan murni HF. Jadi, maunya pakai pelek besar, karena ruang sepatbor yang terbatas, otomatis harus main ekstrem chamber biar pelek bisa muat di sepatbor.
Penulis/Foto: Rio / Dok.Otomotif
Editor | : | Editor |
KOMENTAR