OTOMOTIFNET - Turun balap skutik di kelas 150 cc terbuka, sebagian besar pesertanya mengandalkan Yamaha Mio. Ilmu korekannya pun mirip-mirip, makanya jika tak ada terobosan pasti tak bisa menjadi yang terdepan.
Makanya, Suwar, mekanik Bintang Racing Tim (BRT), yang menangani motor besutan Dendy Bre ini melakukan inovasi, yaitu pakai rocker arm Honda Blade. Sebenarnya inovasi ini sudah dilakukan sejak tahun lalu, namun terbukti sampai kini masih bertaji.
Apa sih kelebihan dari komponen yang juga biasa disebut pelatuk ini? “Karena ada lahernya, gesekan jadi berkurang, sehingga loss power berkurang. Satu lagi adalah noken as jadi awet, dipakai berulang-ulang tak aus,” terang mekanik asli Semarang, Jateng ini sambil menambahkan durasinya 270º untuk in maupun out.
Pemakaian pelatuk Blade makin maksimal dengan ubahan pada lubang isap dan buang. Khusus saluran masuk, posisinya digeser ke depan mendekati tutup klep, dipadu intake manifold menghadap ke depan dan sedikit menyerong kiri.
“Tujuannya agar jalur porting dari karburator ke ruang bakar selurus mungkin,” lanjut mekanik bengkel beralamat di Jl. Mayor Oking No. 102 Cibinong, Bogor, Jabar. Sedang saluran buang hanya dihaluskan, knalpotnya ganti tipe freeflow.
Rocker Arm Blade, minim gesekan! | Sokbreker percayakan pada merek RRGS |
Lalu diameter lubang masuk dan buang diubah menjadi 28 mm dan 23 mm. Angka tersebut tentu berkaitan dengan ukuran klep yang dipakai, yaitu 29 dan 24 mm. Klep pakai bawaan mobil, namun dicustom untuk memasangnya mesti menggeser sudut klep dan mengatur ulang kubah kepala silinder.
“Oh iya, rasio kompresi dipatok 12,5:1, karena hanya pakai Pertamax Plus,” lanjut pria berlogat Jawa kental ini. Sedang piston pakai Izumi berdiameter 57,25 mm, artinya dengan stroke standar volumenya jadi 148,97 cc, masih sesuai aturan.
Karburator mengandalkan Keihin PE 28 |
Aliran campuran bahan bakar dan udara ke ruang bakar sudah melimpah, kompresi sudah tinggi, jika tak dibakar dengan timing yang pas tentu akan mubazir. Untuk itu, otak pengapian atau CDI pakai yang bisa diatur timing-nya, dipilih BRT tipe I-Max 24 step.
Gimana dengan penyalur tenaga? “Perangkat CVT masih standar, hanya ganti roller lebih ringan, pakai 8 & 9 gram yang dipasang selang-seling,” lanjut Suwar. Dengan ubahan di atas, saat diukur pakai dynamometer Dyno Jet milik BRT tercatat tenaganya mencapai 14,8 dk!
Pantas saat turun di kejurnas Motoprix seri satu di Kemayoran (27-28/2) bisa melejit di depan. Namun apes, 3 lap menjelang finish knalpot lepas, sehingga melorot menjadi ke tiga, dan saat scrutineering dinyatakan didiskualifikasi.
Data Modifikasi | |
Ban dpn-blkng | Indotire 90/80-14 |
Karburator | Keihin PE 28 (pilot jet 48, main jet 115) |
CDI | BRT I-max 24 step |
Knalpot | Kawahara K-1 |
Klep | EE |
Intake manifold | Varro |
BRT | 0813-80388326 |
Penulis/Foto: Aant / Salim
Editor | : | Editor |
KOMENTAR