|
OTOMOTIFNET - Lampu merupakan salah satu peranti vital pada kendaraan. Pantas jika sampai dibuatkan aturan pemakaiannya. Sehingga jika ada yang tidak beres misal bohlam tidak menyala atau putus, dijamin akan berurusan dengan polisi lalu lintas.
Apalagi benda kecil menyala ini jumlahnya tak sedikit, baik eksterior maupun interior dan dari depan hingga belakang bodi mobil. Modelnya pun beragam, maka itu butuh sedikit kejelian saat membeli.
BUKAN JAMINAN
Memutuskan mau ganti lampu mobil, sepertinya gampang-gampang susah. Gampang karena kita ingin lampu dengan sinar yang lebih terang, barangnya tersedia. Susahnya, banyak model dan jenis yang dijual atau menawarkan berbagai fungsi. Kebanyakan orang beli untuk ganti ganti lampu besar, sein, rem atau lampu kota.
Untuk lampu besar, kualitasnya beragam dan harganya dari yang murah hingga sangat mahal. Banderolnya berkisar dari Rp 12 ribu hingga Rp 250 ribu. Repotnya banyak orang mau cari harga murah dan beranggapan pakai lampu murah enggak masalah.
“Kalau harganya murah, jangan harap awet. Tetapi masalahnya bukan dari awet atau tidaknya. Kita harus smart buying, yaitu mengutamakan kenyamanan dan efisiensi waktu,” ujar Alfons S., sales manager PT Foerch Indonesia yang memasarkan lampu merek Foerch.
Nyaman di sini, apakah kita benar-benar sudah siap jika berkendaramalam lampu putus di tengah jalan. Karena belum tentu ada bengkel buka, kalaupun buka belum tentu punya bohlam. “Seandainya kita sendiri punya bohlam, apa bisa ganti sendiri?” jelasnya.
Pastikan metal base-nya harus kuat | Kaki soket tidak boleh terlalu tipis agar tidak menimbulkan panas |
Filamen harus presisi (tidak miring) karena pengaruh ke fokus cahaya | Black top jangan sampai patah atau rusak karena bikin tidak fokus dan tahan lama |
Jadi, harga murah bukan jaminan sesuatu yang dapat kita inginkan. Malah bisa menyusahkan dan kalau dihitung-hitung jatuhnya lebih mahal. Maka dari itu, “Pilihlah lampu yang dapat dipertanggungjawabkan. Bukan yang setiap bulan ganti,” saran Alfons.
Intinya, tidak ada bohlam kualitas baik dengan harga murah. “Saya juga tidak merekomen beli lampu yang asal murah dan tidak jelas mereknya seperti sekarang banyak beredar, karena yang bermerek pun juga sudah terjangkau,” timpal Vincent, distributor lampu merek Hella dari PT Sumber Berkat.
Lampu LED tahan lama, harga bisa 5 kali lipat |
Lalu, kira-kira di kisaran mana harga psikologisnya? Alfons menyebut, kalau mau dapat yang baik, standarnya sekitar Rp 70 ribuan. Vincent menambahkan, di Indonesia banyak populasi mobil Jepang yang pakai lampu jenis H4.
Bagi yang tetap ingin pakai lampu halogen, di pasaran banderol yang pas antara Rp 60-70 ribuan satu pasang. “Standar internasional pemakaian minimum, seperti lampu Hella H4 45 watt 200-300 jam,” katanya.
Selain itu, perhatikan juga fisiknya. Seperti ketebalan metal base-nya. Ada yang murah tetapi tipis, bohlam bisa terlepas dan lampu putus. Juga ketebalan dudukannya, kalau tipis bisa goyang-goyang.
Tak kalah penting, amati filamennya. Semakin tebal semakin murah.Itu akan makin cepat putus/panas. “Jika ada yang mengatakan lampunya bisa lebih terang 80%, umurnya pasti lebih pendek,” ulas Alfons. Selain itu, filamennya bersih atau tidak. Sebab ada yang bentuknya miring-miring, ini akan berpengaruh pada fokus cahaya
Jadi, alangkah bijaknya beli lampu yang tidak gampang pecah atau putus, ketimbang murah tetapi cepat ganti dan tidak efisiensi waktu.
Penulis/Foto: Fend / Salim
Editor | : | Editor |
KOMENTAR