Jakarta- OTOMOTIFNET sempat menghubungi salah sumber yang punya hubungan dengan APM asal Amerika Serikat. Sosok yang minta dianonimkan itu mengaku tidak terkejut atas alasan Ford 'pamit' dari Indonesia, dan juga Jepang.
Baginya, hal yang biasa bagi entitas bisnis asal AS untuk melakukan 'on off' jika harus berhadapan dengan persoalan bisnis.
"Coba saja dicek sudah pernah ada kejadian pabrik otomotif dari produsen kendaraan Amerika dimana saja yang pernah ditutup kemudian dibuka lagi, lalu ditutup lagi," sebutnya.
Namun ia melihat bahwa dengan 'pamitnya' Ford dari Indonesia sebenarnya cuma soal perubahan model bisnis. Kehadirannya akan tetap bisa dipertahankan.
"Feeling saya kayaknya ada investor lokal yang bakal diminta untuk ambil alih keberadaan merek Ford, kandidatnya tidak jauh-jauh dari pihak yang selama ini sudah bekerja sama dan punya jaringan yang luas," imbuhnya.
Nah, prediksi soal itu nampaknya mulai memunculkan satu nama, menurut salah satu sumber OTOMOTIFNET yang lain, yaitu Nusantara Grup akan menjadi agen pemegang merek (APM) baru Ford di Indonesia.
Jadi, ke depannya untuk penyediaan produk dan spare part akan langsung ditangani oleh Ford Nusantara.
"Rencananya begitu, Nusantara akan menjadi Agen Tunggal Pemegang Merek (ATPM). Untuk sementara mungkin baru Nusantara, dan pekan depan mudah-mudahan sudah ada klarifikasi dari pihak manajemen," papar sumber itu saat berbincang dengan OTOMOTIFNET, Selasa (26/1).
Berbekal rencana bakal langsung ditanganinya bisnis Ford di Indonesia oleh Ford Nusantara, kemungkinan besar harga jual kendaraan pabrikan asal Negeri Paman Sam ini bakal terkerek naik. Namun, kenaikan harga jual ini tidak akan terjadi secara signifikan.
"Jika Ford Nusantara sudah menjadi agen tunggal, maka kemungkinan besar model-model Ford yang tidak ada di Indonesia seperti Mustang akan dimasukan," tegasnya.
Sementara itu, ketika coba konfirmasi hal tersebut kepada jajaran petinggi Ford Nusantara, pesan singkat maupun telepon dari OTOMOTIFNET sampai saat ini belum dijawab.
Editor | : | Arief Aszhari |
KOMENTAR