Baca berita tanpa iklan. Gabung Gridoto.com+

Bedah Upside Down Yamaha Xabre, Beda Dengan Teleskopik Biasa!

Otomotifnet - Jumat, 11 Maret 2016 | 16:19 WIB
No caption
No credit
No caption

Jakarta - Kehadiran Yamaha Xabre menambah panjang daftar motor lokal yang menggunakan suspensi depan upside down (USD). Sebelumnya ada Kawasaki KSR, DTracker 150 dan lainnya. Penggunaan suspensi yang disebut juga inverted forks ini membuat motor jadi terlihat gagah karena ukuran yang besar.

Tak hanya mendongkrak penampilan, ternyata banyak keunggulan lain yang ditawarkan USD dibanding suspensi teleskopik, terutama dari segi redaman.

“Sistem peredaman rebound dan compression lebih baik, terutama untuk kecepatan tinggi,” ujar Eddy Saputra, Director Djamoko Speed, selaku distributor resmi Ohlins di Indonesia. Bisa demikian ternyata karena konstruksinya juga berbeda. Nah mau tahu lebih lengkap? Mari kita ulas konstruksi dan keunggulannya. • (otomotifnet.com)

Keunggulan
- Penampilan yang tampak lebih kekar sehingga motor lebih gagah dilihat
- Dengan adanya 2 oil lock membuat USD ini minim bunyi jedug atau bahasa resminya bottoming
- Dengan jarak main piston slider lebih panjang membuat redaman terhadap getaran lebih baik.
- Manuver lebih rigid, karena konstruksi yang lebih besar dan kaku, efeknya manuver lebih presisi terutama di kecepatan tinggi.

Kekurangan
- Tentu saja harga yang lebih mahal dari suspensi teleskopik biasa. Milik Xabre misalnya di kisaran Rp 5 juta.
- Jika sil oli bocor maka akan langsung mengucur deras karena posisi di bawah. Beda dengan suspensi teleskopik, jika sil bocor maka akan keluar perlahan karena di atas.

No caption
No credit
No caption
Konstruksi konvensional ini memiliki isi komponen kanan-kiri sama. “Contohnya seperti di Yamaha YZF-R6,” papar Ridwan Arifin, Staf Service Education PT Yamaha Indonesia Motor Manufacturing. Masing-masing tabung memiliki spring dan komponen damper yang sama.

 

Sedang konstruksi yang lain, ada juga yang kedua sisi tabung isinya berbeda. "Satu untuk compression dan satu lagi rebound seperti di Xabre dan YZF-R1,” sambung Ridwan, sapaan akrabnya. Sebagai contoh, kita bongkar sokbreker Xabre!

Kiri
Sisi kiri sebagai compression, konstruksinya bisa dibongkar total. Tabung kiri jika dibongkar terlihat rangkaian komponen yang beda dengan suspensi teleskopik. Paling jelas punya as atau piston slider (damper rod) yang sangat panjang, disertai dengan oil lock 2 buah (atas dan bawah). Di suspensi teleskopik oil lock hanya ada 1 buah.

No caption
No credit
No caption
Sisi Kiri

Kanan

Sedang kanan untuk rebound, hanya bisa dilepas tabung dan silnya, sedang bagian dalam tak bisa diurai, “Dari vendornya bentuknya assy,” terang Ridwan. Sebagai pengatur rebound hanya bisa dibongkar antara tabung luar dan dalam, dan tak dijumpai per besar. Di bagian dalam sebenarnya tetap ada per, namun lebih kecil dibanding milik tabung kiri. Kendati kedua sisi beda fungsi, redaman ternyata tetap stabil, mengapa? “Tetap stabil karena keduanya bekerja dalam satu poros,” jelas Ridwan

No caption
No credit
No caption
Sisi Kanan
No caption
No credit
No caption
Lantaran beda fungsi, volume oli kedua tabung pun beda. Kiri hanya 333 cc, sedang kanan mencapai 375 cc. Oli yang digunakan punya viskositas SAE 10. Untuk menyekat oli, menggunakan sil oli berkode 37-49,1-8-10,5.
 
 

No caption
No credit
No caption

Special Tools, dibutuhkan untuk membongkar pasang serta menjamin komponen tetap dalam kondisi baik, dalam pembongkaran membutuhkan beberapa special tools. Seperti fork cylinder holder, fork spring stopper dan fork oil seal driver.

CARA KERJA

Tentu saja mirip dengan teleskopik biasa, hanya saja ada sedikit perbedaan yang membuatnya lebih unggul. Berikut urutan kerjanya;

No caption
No credit
No caption
1. Saat langkah compression ketika roda menerima beban,maka disalurkan ke as roda yang kemudian akan mendorong as USD
No caption
No credit
No caption
2. As sokbraker secara langsung mendorong per di dalamnya.
3. Gerakan ini juga diredam oleh oli yang bersirkulasi di suling dan di oil lock, sehingga bisa diredam dengan baik.

4. Berikutnya ketika beban mau dilepaskan, maka konstruksi rebound yang lebih berperan.
5. Prosesnya saat as akan kembali ke posisi semula lantaran dorongan dari per.
6. Sirkulasi oli kembali bekerja untuk memperlambat gerakan.
7. Karena punya 2 buah oil lock, maka kerjanya bisa lebih lembut. Maka yang dirasakan redaman lebih baik, motor pun mudah dikendalikan.

 

Editor : Otomotifnet

Sobat bisa berlangganan Tabloid OTOMOTIF lewat www.gridstore.id.

Atau versi elektronik (e-Magz) yang dapat diakses secara online di : ebooks.gramedia.com, myedisi.com atau majalah.id



KOMENTAR

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

YANG LAINNYA

loading
SELANJUTNYA INDEX BERITA
Close Ads X
yt-1 in left right search line play fb gp tw wa