Kuala Lumpur - Kecelakaan lalu lintas memang selalu bikin pusing pemerintah. Bagaimana cara--kalau tidak bisa dihilangkan 100 persen--mengantisipasinya? Indonesia misalnya lagi heboh pak Polantas jajal Speed Gun. Nah, negara tetangga Malaysia punya cara yang unik.
Ya, pengemudi yang "nakal" di Malaysia--nakal dalam artian melanggar aturan lalu lintas, membahayakan diri dan orang lain, harus lebih berhati-hati, karena pemerintah Malaysia sedang menyiapkan sistem yang baru untuk mengantisipasi insiden lalu lintas, khususnya yang disebabkan oleh pelanggaran si pengemudi.
Kementerian Transportasi Jalan Raya Malaysia akan menerapkan sistem yang dinamakan AWAS (Awareness Automated Safety System). Sistem ini punya wewenang untuk membekukan Surat Izin Mengemudi (SIM) selama beberapa bulan untuk pengemudi yang sembrono.
Bahkan, layaknya para pecandu narkoba, seperti dilansir the Sun, pemerintah malaysia juga sedang bersiap untuk memperkenalkan program rehabilitasi bagi para pengemudi yang cuek dengan aturan lalu lintas.
Wakil Menteri Transportasi Malaysia, Datuk Aziz Kaprawi mengatakan, proses rehabilitasi tersebut bertujuan untuk mendidik para pengemudi tentang bahaya kebiasaan mengemudi yang buruk.
Namun untuk tahap awal, pemberlakuan program rehabilitasi ini masih sebatas tawaran, alias tersedia secara optional. Sang Menteri berpendapat rehabilitasi ini tidak boleh dijadikan aturan hukum yang mewajibkan, tapi lebih sebagai 'pendidikan'.
"Ketika pemegang SIM ditangguhkan, orang tersebut dapat memilih apakah akan menjalani rehabilitasi untuk mengurangi masa penangguhan atau tidak," kata Kaprawi.
"Kami ingin mendidik kembali para pengemudi bermasalah dengan lebih menekankan pada elemen keselamatan jalan dan sopan santun mengemudi sebagai bagian dari upaya untuk mengurangi kecelakaan di jalan," lanjutnya.
Wakil Menteri percaya kalau proses rehabilitasi yang dikenal sebagai "Kejara Driver Improvement Programme" akan lebih efektif untuk mengurangi kecelakaan lalu lintas, ketimbang sekedar meningkatkan denda pelanggaran lalu lintas.
Datuk Valluvan, Kepala Dinas Perhubungan Malaysia juga berpendapat program ini bukan dalam bentuk hukuman. "Kami tidak akan menghukum mereka. Kami ingin melakukan perubahan perilaku dengan menekankan aspek psikologis dan bagaimana prilaku mengemudi mereka akan mempengaruhi mereka dan pengguna lain di jalan," jelas Valluvan.
"Kami juga tidak akan mengajari mereka cara mengemudi atau mengulang apa yang telah mereka pelajari dari tes mengemudi sebelumnya," tutup Valluvan.
Bagaimana menurut anda? Meski terkesan ribet, tapi memang unik. Dan terlepas dari sentimen apapun terhadap Malaysia, kalau toh ternyata punya sistem yang efektif untuk mengurangi kecelakaan lalu lintas tanpa harus "menghukum" si pelanggar, kenapa Indonesia tidak mencontohnya juga? Kecuali disini punya ide dan penerapan yang lebih brilian!
Editor | : | Bagja |
KOMENTAR