Jakarta - Mengikuti tren teknologi keselamatan global yang makin canggih, Toyota pun kini unjuk gigi Seolah sudah bukan eksklusif untuk mobil ekstramahal lagi, kini kendaraan roda empat mainstream pun mulai dilengkapi dengan fitur-fitur anyar yang mencegah seisi kabin untuk mengalami kecelakaan.
Toyota, mengelompokkan sistem ini sebagai active safety system dan mendemokan langsung beberapa fiturnya untuk OTOMOTIF ketika berkunjung ke Jepang beberapa waktu lalu. Namun selain Pre-Collision System (PCS), ABS (Anti-lock Braking System) dan VSC (Vehicle Stability Control) yang kami tulis di OTOMOTIF Edisi 15:XXVI silam, pabrikan dengan penjualan mobil hybrid nomor satu di dunia ini juga masih menyimpan beberapa trik keselamatan aktif yang disebut Toyota Safety Sense (TSS).
Telah disematkan ke hampir setiap kendaraan Toyota yang OTOMOTIF uji di negara kelahirannya tersebut, termasuk Prius generasi keempat, Mirai, Alphard Hybrid, Corolla Fielder, Crown Majesta dan bahkan Sienta. Fitur ini dirancang bukan hanya untuk melindungi pengemudi dan penumpang, namun juga untuk pejalan kaki.
Sayangnya masyarakat Indonesia masih harus menunggu lebih lama jika ingin mencoba TSS, tak lain karena masalah regulasi. “Sebenarnya mobil kita yang di Indonesia sudah bisa diterapkan teknologi keamanan tadi, asalkan regulasinya sudah jelas,” ujar Warih Andang Tjahjono, Wakil Presiden Direktur PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) saat diwawancara di Jepang (28/8).
Jenis fitur dalam TSS pun dipecah ke dua grup, berdasarkan jenis sensor yang dimiliki oleh masing-masing kendaraan, yaitu kombinasi dari Single Lens Camera dengan Laser yang biasa diaplikasikan di mobil kompak (TSS-C) dan Single Lens Camera dengan Milimeter-Wave Radar untuk mobil berukuran lebih besar (TSS-P). Sano/otomotifnet.com
Single Lens Camera + Laser
Dengan menempatkan kamera di belakang spion tengah untuk menangkap gambar di depan dan laser di sebelahnya untuk mengintepretasikan jarak, kedua sensor dari TSS-C ini dapat mendeteksi obyek di depan seperti mobil. Penggunaan laser juga tidak terbatas cahaya, alias tetap berfungsi di keadaan gelap.
Berikut fitur-fitur yang dimungkinkan di TSS-C:
Pre-Collision System (PCS)
Seperti yang sebelumnya kami tulis, PCS dapat mendeteksi jika ada kemungkinan tabrakan dengan kendaraan di depan mobil, kemudian memberikan peringatan suara dan visual. Jika pengemudi masih tidak mengerem, maka brake assist (BA) akan dilakukan untuk menghentikan laju mobil sehingga tidak menabrak objek di depannya. Objek yang dapat dideteksi PCS pada paket TSS-C adalah mobil lain.
Lane Departure Alert (LDA)
Menggunakan kamera yang mendeteksi garis lajur berwarna putih atau kuning, sistem LDA dapat menentukan jika kendaraan mulai menyimpang dari lajur seharusnya secara tidak disengaja, kemudian memberi peringatan audio dan visual.
LDA dapat berfungsi ketika laju mobil berkisar di atas 50 km/jam dan dalam jalan yang relatif lurus.
Automatic High Beams (AHB)
Sesuai namanya, AHB dapat mengaktifkan lampu dekat dan jauh secara otomatis untuk menyediakan visibilitas paling maksimal di malam hari. Penggunaan kamera dapat mendeteksi adanya sinar lampu dari mobil lawan arah atau lampu belakang mobil di depan untuk tidak menyalakan lampu jauh agar pengemudi lain tidak tersilaukan. Meski berbeda-beda untuk setiap kendaraan, namun AHB dapat berfungsi pada kecepatan minimal 40 km/jam.
Single Lens Camera + Milimeter Wave Radar
Memanfaatkan kamera yang sama dengan TSS-C untuk mendeteksi obyek, bentuk dan garis jalan, TSS-P dibantu menggunakan sensor lain yaitu Milimeter Wave Radar yang ditempatkan di balik emblem mobil. Keunggulan radar ini dibanding laser adalah dapat mendeteksi kehadiran pejalan kaki ketika dikombinasikan dengan kamera.
Selain itu, radar juga tidak mudah terpengaruh oleh keadaan cuaca seperti ketika hujan, berkabut maupun salju. Kemampuan tambahan lainnya adalah mendeteksi kendaraan yang berjarak cukup jauh, sehingga memungkinkan adanya fitur tambahan dibanding TSS-C. Apa saja?
Automatic High Beams (AHB)
Sesuai namanya, AHB dapat mengaktifkan lampu dekat dan jauh secara otomatis untuk menyediakan visibilitas paling maksimal di malam hari. Penggunaan kamera dapat mendeteksi adanya sinar lampu dari mobil lawan arah atau lampu belakang mobil di depan untuk tidak menyalakan lampu jauh agar pengemudi lain tidak tersilaukan. Meski berbeda-beda untuk setiap kendaraan, namun AHB dapat berfungsi pada kecepatan minimal 40 km/jam.
Pre-Collision Sistem with Pedestrian Detection (PCS w/PD)
Sama dengan PCS pada TSS-C, namun penggunaan radar yang berbeda dengan laser pada TSS-P memungkinkan sistem ini dapat mendeteksi kehadiran pejalan kaki di depan. Jika terdeteksi, maka peringatan audio dan visual yang sama dengan PCS standar akan diberikan, begitu juga BA jika pengemudi gagal menghentikan kendaraan. Sebagai catatan, berbagai kondisi seperti keterangan lingkungan, postur, ukuran dan sudut pejalan kaki dapat menjadi halangan tidak terdeteksi.
Lane Departure Alert with Steering Assist (LDA w/SA)
Sama dengan fungsi LDA standar pada TSS-C, namun paket yang ditawarkan TSS-P dapat memberikan asistensi tambahan pada setir yang dilengkapi electronic power steering (EPS). Ketika mendeteksi akan keluar lajur, maka sistem akan sedikit memberikan input setir korektif untuk menjaga laju kendaraan pada lajurnya.
Dynamic Radar Cruise Control (DRCC)
Seperti menambahkan fungsi terhadap cruise control (CC) standar, DRCC dapat mendeteksi kehadiran dan kecepatan kendaraan di depan dengan radar, sehingga dapat mengatur kecepatan CC dengan sendirinya bila kendaraan di depan membuat perubahan kecepatan, untuk tetap menjaga jarak yang sudah diset.
DRCC dapat mulai berfungsi dengan kecepatan minimal 45 km/jam, kemudian dapat memelankan laju kendaraan hingga 40 km/jam dan mempercepatnya hingga 175 km/jam untuk tetap menjaga jarak dengan kendaraan di depan. Bahkan pada beberapa model teranyar, Full-Speed Range DRCC dapat menghentikan laju mobil jika kendaraan di depan sampai berhenti, kemudian mulai menjalankan mengikutinya lagi.
Editor | : | Parwata |
KOMENTAR