Karawang - Meski PT Astra Honda Motor (AHM) melakukan produksi Honda CBR250RR di Indonesia, namun belum sepenuhnya komponen yang digunakan adalah buatan dalam negeri. Komponen lokalnya baru 66 %, masih jauh lebih sedikit ketimbang skutik-skutik Honda yang kandungan lokalnya lebih dari 80 %.
Lalu apa saja yang impor? "Paling banyak adalah komponen di dalam mesin dan kelistrikan," jelas David Budiono, Production, Engineering & Procurement Director PT AHM. Ia tidak menampik ketika ECU dan beberapa komponen dalam ride by wire masih diimpor.
"Tapi mayoritas kita sudah buat sendiri. Seperti pelek, sudah ada pabrik pelek," ujarnya. "Swing arm aluminium-nya juga dibuat di plan tiga, moulding-nya paling besar karena casting-nya utuh satu unit. Bukan beberapa assy lalu digabungkan," paparnya detail.
Meski banyak yang lokal, secara kualitas diyakini tetap yang terbaik. "Gak usah worry, Honda Jepang saja sangat yakin kalau produknya bisa dibuat di indonesia dengan baik. Tentunya ini jadi kebanggaan buat kami," ungkap David.
Tentunya kualitas yang baik didukung oleh proses produksi yang sangat detail. Honda menyiapkan area khusus bernama 'supersport assembling line', jadi tidak dicampur dengan pembuatan model yang lain.
Dalam line yang terpisah ini, proses perakitan mesinnya sangat istimewa karena dilakukan di ruang tertutup yang sangat steril. Hal ini dilakukan untuk menghindari kontaminasi terhadap debu atau material mikro lainnya.
Selain itu, sumber daya manusia yang bekerja melakukan perakitan CBR250RR diambil dari para spesialis. Totalnya ada 74 orang yang dipilih sesuai kualifikasi terbaik. Teknologi lainnya adalah pemanfaatan interlock system, teknologi untuk memastikan proses pengencangan torsi secara presisi yang juga dicatat
Pada line produksinya juga telah menerapkan pick to lick system yang memastikan pengambilan komponen dalam satu stasiun kerja akurat sesuai yang dibutuhkan, implementasinya akan sering melihat kereta berjalan otomatis mengantarkan komponen-komponen ke pos perakitan. (Otomotifnet.com)
Editor | : | Dimas Pradopo |
KOMENTAR