Jakarta - Friendly, begitu sosok Executive General Manager PT Toyota Astra Motor (TAM) ini.
Sosoknya memiliki ‘darah Toyota’, gampang akrab dan enggak pelit informasi khususnya terhadap kru media.
Suryo, demikian pria berdarah Yogyakarta kelahiran Jakarta ini disapa, memang sudah lama berkarier di Toyota.
Persisnya 21 tahun mengarungi hidupnya bersama Toyota. Pernah di dealer, 10 tahun di aftersales, sales dan sekarang marketing.
Salah satu tugas penting yang ia jalani adalah bagaimana memprediksi pasar otomotif nasional.
Di situ letak tantangannya karena kadang ada kondisi yang sulit dibaca akibat perubahan yang terjadi tiba-tiba.
“Saya hitung perkembangan market berdasarkan GDP. Momen-momen pasar juga kita baca. Tetapi ada yang missed saat misalnya subprime mortgage (2007),” terang Suryo.
“Lalu kebijakan uang muka minimal juga di luar prediksi kita,” lanjut lulusan 1990 Regina Pacis 1990, Teknik Elektro Universitas Atmajaya ini.
Tetapi, seperti halnya di Toyota, ada yang tak kalah menentukan selain menggunakan perhitungan matematis.
“Untuk membaca market, selain menggunakan rumus kita juga harus tahu karakter konsumen. Karakternya seperti apa, termasuk apa komplainnya,” ujar pria yang mengambil jenjang pendidikan S2 di Universitas Prasetya Mulya dan Master of Science Universitas Gajah Mada ini.
Karakter ini menurutnya penting untuk dapat melayani konsumen. Seperti ia contohkan, di beberapa daerah, masih ada orang membeli mobil dan membayarnya pakai uang kontan
“Bayar cash, dia tunjuk mobilnya yang dia ingin. Jadi mobilnya harus ready.” ucap Suryo. “Kalau di kota besar seperti Jakarta biasanya ke show room bawa anak,” lanjutnya.
Kini Toyota menurutnya tengah mempelajari peralihan generasi yang mempengaruhi nilai-nilai yang diusung market.
“Kita maunya Toyota tetap eksis. Konsumen yang pakai Toyota balik lagi ke Toyota,” ucap pria yang membawahkan dua subdirektorat di TAM; Sales Operation dan Sales Planning. Nah, kita simak terus gerbrakannya. (Iday/otomotifnet.com)
Editor | : | Parwata |
KOMENTAR