Otomotifnet.com - Motor jadul new old stock (NOS) yang dijual dengan harga fantastis saat ini sedang menjadi tren di kalangan penggemar otomotif.
Beberapa waktu lalu, ada Honda Grand yang laku dijual Rp 80 juta dan Yamaha RX-King yang dijual Rp 100 juta.
Kini akun Facebook Chris Novalia menantang tahta sebagai motor jadul kondisi baru yang termahal.
Ia memasang sebuah iklan yang menjual Yamaha RX-King seharga Rp 300 juta!
(BACA JUGA: Ngapain Sih Nyalain Lampu Motor Siang-siang? Ada Alasan Logisnya, Sob)
Katanya sih motor ini spesial karena motor baru stock lama ini asli Made in Japan alias rakitan orang Jepang dan dirakit di Jepang.
Bahkan ia menantang perwakilan Yamaha untuk membuktikan apa yang ia tuliskan.
Padahal, di Jepang enggak ada motor yang namanya tertera sebagai Yamaha RX-King.
Pada tahun 1980, Yamaha meluncurkan RX-K 135 yang merupakan motor CBU (Completely Built-Up) yang memang diimpor dari luar.
Namun usia motor tersebut tak bertahan lama karena dinilai kurang laku.
(BACA JUGA: Kayak Ahli Forensik, Pria Berpenutup Mulut Ini Menggali Vespa Terkubur, STNK Masih Segar Bugar)
Barulah tahun 1983, setelah melakukan riset mengenai motor yang diinginkan oleh masyarakat Indonesia oleh perwakilan Yamaha Jepang, RX-King meluncur ke aspal tanah air.
Motor ini merupakan penyempurnaan dari Yamaha RX-K 135, dengan penambahan YEIS (Yamaha Energy Induction System) yang membuat RX King lebih irit bahan bakar sekitar 15 persen dari RX-K.
Generasi awal Yamaha RX-King atau yang biasa disebut King Cobra diproduksi antara tahun 1983-1991.
Motor tersebut punya kode blok mesin Y1 dan Y2 dan mesinnya diimport langsung utuh dari Jepang, tetapi untuk body, rangka, dan yang lainnya dirakit dan dibuat di Indonesia.
Apalagi motor perakitan mulai dari tahun 1992, kabarnya sudah dirakit oleh Yamaha Pulo Gadung yang sudah full diproduksi di Indonesia.
Jadi gimana nih, Sob? Kira-kira bener enggak nih motor yang dijual Rp 300 juta oleh Chris Novalia asli dari Jepang?
Editor | : | Taufan Rizaldy Putra |
Sumber | : | Facebook/Chris Novalia |
KOMENTAR