Ia pun merasa terkejut jika prosesi pemakaman jenazah yang ia lakukan itu beredar viral di media sosial.
Ditambah lagi dengan judul jenazah ditelantarkan.
Siapa penyebar kabar bohongnya?
Abdul menduga, beredarnya foto-foto tersebut berawal dari dua bocah yang iseng memfoto petugas saat menguburkan makam.
"Memang pas ambulan datang, ada dua anak sekolah sepantaran SMP lah kira-kira itu dia duduk di sana. Kayaknya memang mereka yang foto," ujar Abdul.
Abdul mengatakan, dugaannya itu didasari dari tingkah laku kedua bocah yang berpindah-pindah tempat.
"Anaknya dua, cowok-cewek mungkin pacaran. Itu pertama dia di sana depan, lalu pindah ke belakang sini yang ilalang tinggi," kata Abdul.
(BACA JUGA: Helm Canggih Bisa Kasih Tahu Lokasi Kecelakaan Dan Telepon Ambulans)
Untuk menyamakan jepretan foto yang beredar, ia pun mengulang kembali mengambil gambar di lokasi yang sama.
"Kalau di foto itu kelihatannya rumput tinggi, padahal kalau kita ambil normal ini biasa aja. Si anak yang ambil foto ini memang posisinya ambil dari bawah jadi terkesan rumput tinggi," tutur Abdul.
Akibat dari sudut pandang foto yang memperlihatkan rerumputan tinggi itu pun, patok atau nisan makam tidak terlihat sama sekali.
"Jadi kesannya kayak dibuang, kalau di foto itu kan enggak ada nisannya. Padahal ini ada patok nisan kalau kita ambil normal," ujar Abdul.
Pantauan kami, lokasi pemakaman tunawan memang tidak ditumbuhi dengan rerumput yang tumbuh tinggi.
Malah kesan gersang yang terlihat saat kami meninjau lokasi secara langsung.
Di samping pemakaman juga terdapat sebuah empang kecil dan dipenuhi veberaoa warga yang sedang memancing.
Abdul pun memaklumi ulah dua bocah yang diduga penyebab dari beredarnya foto viral jenazah terlantar.
(BACA JUGA: Spooring Gratis Buat Mobil Ambulance dan Mobil Jenazah)
"Saya baru lihat mereka berdua. Karena kalau warga sini sudah biasa melihat proses pemakanan tunawan di sini, malah kadang mereka (yang memancing) ikut bantu juga," kata Abdul.
Ada 5000 makam tunawan
Selain TPU Tegal Alur, ada lima pemakaman umum yang menerima jenazah tanpa identitas atau tunawan di DKI Jakarta.
Yakni, TPU Pondok Rangon (Jakarta Timur), TPU Semper (Jakarta Utara), TPU Tanahkusir (Jakarta Selatan), TPU Kampung Kandang (Jakarta Selatan), dan TPU Menteng Pulo (Jakarta Selatan).
Abdul mengatakan setiap harinya selalu saja ada jenazah tunawan yang dikirim pihak rumah sakit dari beberapa wilayah di DKI Jakarta ke TPU Tegal Alur.
"Rata-rata per harinya bisa empat sampai lima jenazah yang dikirim rumah sakit. Ada dari RS Cipto, RS Fatmawati, RSUD Cengkareng, ada dari Panti Dinsos juga," ujar Abdul.
Abdul mengatakan, pihak rumah sakit pun terkadang memberikan kabar mendadak jika ada jenazah yang akan dibawa ke TPU Tegal Alur.
"Ngabarin si ngabarin, cuma kadang nelepon bilang jenazahnya sudah dalam perjalanan, jadi dadakan," sambung Abdul.
Untuk mengantisipasi hal itu Abdul pun sengaja menggali beberapa lubang setiap harinya.
(BACA JUGA: Mencekam, Jenazah Dibonceng Pakai Motor, Tempuh Puluhan Kilometer Di Kegelapan)
"Kita sudah siapin setiap hari umpama enam atau sepuluh lubang kubur tuh kita gali. Gali selutut dulu, nanti pas ada kiriman jenazah datang baru kita gali lagi," tutur Abdul.
"Sengaja memang kita gali untuk memudahkan. Nanti kalau lubang sudah sisa sedikit kita gali baru, karena jenazah enggak tentu datangnya setiap hari," tambah Abdul.
Bahkan dikatakan Abdul, dalam sehari ia pernah menguburkan sebanyak 18 jenazah tunawan.
"Kalau banyak begitu kita bagi per grup lima orang, kalau petugas gali di sini ada 30. Jadi kerja sama saling bantuin," ujar Abdul.
Dikatakan Abdul, sepanjang periode 2012 hingga Mei 2018 ada sekitar 5.000 makam tunawan di TPU Tegal Alur.
"Kalau dari cattan terakhir 2012 kemarin sampai sekarang ada sekitar 5.000 lebih mah makam yang khusus tunawan saja," kata Abdul.
Selain tunawan, dikatakan Abdul, ada juga jenazah dengan identitas yang turut dimakamkan di TPU Tegal Alur.
"Kadang yang ada namanya itu dimakamin di sini karena keluarganya tidak ada, tapi jenazah sewaktu meninggal masih menyimpan identitas diri KTP," beber Abdul.
Editor | : | Indra Aditya |
Sumber | : | Tribunnews.com |
KOMENTAR