Meski begitu, Soerjo pun coba menanggapi fenomena Calya-Sigra menjadi armada taksi konvensional ini secara positif.
Ada dua faktor yang menurutnya jadi alasan para pengusaha taksi konvensional, memilih duo kembar low cost green car (LCGC) 7-penumpang itu sebagai armadanya.
"Cuma kami lihat sisi positifnya adalah berarti kan Calya secara produk itu sangat diterima oleh costumer," ujarnya.
"Dalam kasus ini kan perusahaan yang menginginkan produk secara operasionalnya sangat sesuai dengan kebutuhan mereka," kata Soerjo lagi.
(Baca Juga: Punya 10 Varian dan Lebih Murah, Penjualan Sigra Kalah Dari Calya di Agustus 2019)
"Seperti apa? fuel eficiency (efisiensi bahan bakar), terus harganya secara initial cost-nya itu bisa diterima sama mereka, jadi enggak membebankan mereka," tutupnya.
Kini, dengan digunakannya Calya sebagai taksi konvensional, bukan tidak mungkin membuat LCGC 7-penumpang tersebut akan semakin ramai di jalanan.
Apalagi, para pegiat taksi online juga sudah lebih dulu menjadikannya sebagai armada untuk mengangkut penumpang.
Editor | : | Panji Nugraha |
Sumber | : | GridOto.com |
KOMENTAR