Baca berita tanpa iklan. Gabung Gridoto.com+

Yamaha F1ZR Tanpa Karburator Buat Balap, Canggih dan Makin Bertenaga!

Antonius Yuliyanto - Jumat, 14 Februari 2020 | 21:15 WIB
Yamaha F1ZR jadi injeksi
Randy/otomotifnet.com
Yamaha F1ZR jadi injeksi

Otomotifnet.com - Bintang Racing Team (BRT) memiliki mainan baru, Yamaha F1ZR injeksi!

Motor bebek 2 tak lansiran pabrikan garpu tala itu tidak lagi menggunakan karburator sebagai sistem pengabutan bahan bakar, tapi dilengserkan throttle body, sensor-sensor, pompa bensin dan ECU!

Proyek ini ternyata berawal dari dunia balap. “Awalnya banyak permintaan dari temen-temen yang balap. Minta dibuatin dari karbu ke injeksi," ujar Islakhudin, R&D dan Konsultasi BRT.

"Ada juga dari rekanan BRT yang coba mengubah injeksi tapi pakai ECU 4 tak. Makanya kami buat ECU khusus 2 tak,” lanjut pria yang biasa disapa Roger ini.

(Baca Juga: Konsumsi Bensin All New Yamaha NMAX 155, Lebih Boros Dari Yang Lama?)

Langkah BRT tergolong tepat karena bertepatan dengan scene 2 tak sedang ramai, terutama pada ajang balap.

Jadi ada kreasi baru di motor yang menggunakan mesin 2 tak.

OTOMOTIF pun berkesempatan menyambangi BRT yang berlokasi di Jl. Raya Sirkuit Sentul No.84, Sentul, Bogor, Jawa Barat untuk melihat langsung.

Seperti apa detail konversi yang menghabiskan biaya sekitar Rp 5-6 jutaan ini? Simak yuk.

ECU

BRT ternyata mengembangkan ECU baru khusus untuk mesin 2 tak yang dikonversi dengan sistem pengabut bahan bakar injeksi.

Basisnya ECU Juken 5 tapi ini khusus untuk 2 tak.

Untuk mapping 2 tak injeksi, ternyata sama dengan injeksi 4 tak.

Begitu pula software yang digunakan. Yang berbeda ada pada base map di ECU.

F1ZR ini menggunakan ECU Juken 5 khusus 2 tak. Ssst ECU ini sedang disipakan untuk produksi massal!
Randy/otomotifnet.com
F1ZR ini menggunakan ECU Juken 5 khusus 2 tak. Ssst ECU ini sedang disipakan untuk produksi massal!

“Jadi base map yang ada di dalam ECU itu berbeda dengan yang 4 tak,” jelas Roger.

Selain itu ignition timing juga berbeda, hampir sama dengan standar 2 tak yang pakai karburator.

Kemudian karena pada knalpot F1ZR ini terdapat AFR sensor, Databox juga ikut dipasang.

“Databox berguna untuk membaca dan menyimpan data dari AFR sensor,” jelas Roger.

Databox ikut dipasang untuk membaca dan menyimpan data sensor AFR
Randy/otomotifnet.com
Databox ikut dipasang untuk membaca dan menyimpan data sensor AFR

ECU Juken 5 khusus 2 tak ini sedang disiapkan untuk diproduksi masal.

Versi standar bakal dibanderol Rp 1,5 juta. Sedangkan versi Pro Rp 2,5 juta sudah termasuk AFR sensor.

BRT juga sedang membuat satu set kabel bodi, magnet, throttle body, dan fuel pump.

Jadi nantinya lebih mudah untuk mengkonversi motor 2 tak jadi injeksi.

Motor yang bisa dikonversi juga universal, alias hampir semua motor 2 tak.

Tidak terbatas pada Yamaha F1ZR seperti yang dikerjakan oleh BRT ini.

Sensor AFR terpasang di knalpot, hasil pembakaran langsung terbaca
Randy/otomotifnet.com
Sensor AFR terpasang di knalpot, hasil pembakaran langsung terbaca

Sensor

Pada Yamaha F1ZR ini terdapat beberapa sensor untuk mendukung kinerja sistem injeksi.

Pada throttle body ada sensor MAP dan TPS.

Karena aslinya F1ZR tidak ada sensor temperatur, Roger mengakali dengan memasang tabung aluminium yang diisi coolant di cylinder head.

Kemudian suhu pada coolant dapat dibaca oleh temperature sensor.

Ada pula AFR sensor yang dipasang pada knalpot berguna untuk membaca hasil pembakaran.

Untuk membaca putaran mesin dan menentukan kapan injektor menyemprot bahan bakar, pick up pulser mengalami ubahan.

Magnet digusur rotor yang dibuat ulang menggunakan bahan aluminium yang dibubut.

Dudukan pembaca pulser pun di-custom agar dapat terpasang.

“Tonjolannya sekarang jadi 11, sebelumnya hanya 1,” ujar Roger.

Magnet diganti rotor yang dibuat dari aluminium, pickup pulser kini jadi 11 tonjolan, sebelumnya hanya 1
Randy/otomotifnet.com
Magnet diganti rotor yang dibuat dari aluminium, pickup pulser kini jadi 11 tonjolan, sebelumnya hanya 1

Throttle Body

Sebagai gerbang masuk udara dipasang throttle body milik Honda CB150R versi lama, yang di-reamer sehingga diameternya melar jadi 32,5 mm.

Injektor 4 hole pakai keluaran BRT untuk Honda CB150R dengan kapasitas semprotan 180 cc per menit.

Roger menambahkan, penggunaan oli samping sebagai kewajiban motor 2 tak tidak sampai mengganggu kinerja injektor.

“Dari data pengetesan kita tidak masalah. Untuk sensor AFR yang paling riskan bila kena oli, sejauh ini masih awet,” lanjutnya.

Throttle body comot Honda CB150R lama yang di-reamer, juga dipasang velocity stack plus injektor BRT
Randy/otomotifnet.com
Throttle body comot Honda CB150R lama yang di-reamer, juga dipasang velocity stack plus injektor BRT

Berhubung F1ZR ini motor balap jadi oli sampingnya langsung dicampur dengan bahan bakar.

Jadi pompa oli aslinya dinonaktifkan. Tapi kalau di motor biasa yang masih aktif, menurut Roger kinerjanya tidak sampai mengganggu sistem injeksi.

Untuk fuel pump atau pompa bahan bakar, Roger memasang milik Yamaha MX-King 150.

Tangki bensinnya menggunakan copotan Jupiter Z yang dibuatkan dudukan custom.

Fuel pump diambil dari Yamaha MX King 150
Randy/otomotifnet.com
Fuel pump diambil dari Yamaha MX King 150

Hasil Dyno

Berdasarkan hasil dyno di atas dynamometer Dynojet 250i milik BRT, tenaga maksimum setelah dikonversi jadi injeksi sebesar 21,86 dk/12.080 rpm dengan torsi 12,89 Nm/12.080 rpm.

Sedangkan saat masih karburator hanya 20,24 dk/12.070 rpm dan torsi 12,64/11.050 rpm.

Peak power mungkin tidak berbeda jauh, tetapi konversi 2 tak menjadi injeksi ternyata memberikan torsi dan power yang lebih baik.

Pengukuran tenaga dan torsi pakai dynamometer Dynojet 250i
Randy/otomotifnet.com
Pengukuran tenaga dan torsi pakai dynamometer Dynojet 250i

“Dari awal ke tengah transfer tenaga lebih besar ketimbang yang karbu. Dari rpm menengah (8 ribuan) selisih bisa sampai 5 dk,” ujar Roger saat menunjukkan komparasi hasil dyno antara injeksi dan karburator.

Ia menambahkan, dengan karburator motor spek Sentul gede agak kerepotan di putaran mesin 8-9 ribu rpm.

Setelah diganti injeksi, dari rpm 7 ribu torsi sudah mulai keluar.

Peak power sebenarnya bisa lebih tinggi, tapi di motor ini keburu kena limiter yang di set di angka 12 ribuan. Maksimalnya bisa sampai 14 ribu rpm.

Grafik dyno menunjukan transfer tenaga yang lebih baik sejak putaran mesin menengah
Randy/otomotifnet.com
Grafik dyno menunjukan transfer tenaga yang lebih baik sejak putaran mesin menengah

Keuntungan Lain

Kelebihan lain setelah sistem pengabutan bahan bakar jadi injeksi ternyata cara setting mesin jadi lebih mudah.

Durabilitas juga lebih bagus, karena semua terkontrol oleh ECU. Semua data bisa terekam dan termonitor.

“Temperatur, AFR meter, RPM, semua terkontrol dengan ECU,” jelas Roger.

Ia menambahkan, pada Juken 5 Pro juga memiliki sistem data logging. Jadi setelah latihan atau balap bisa diambil data log-nya.

Seperti disebutkan di awal, proses konversi ini menghabiskan biaya kurang lebih Rp 5-6 juta.

Namun, jika nanti sepaket perlengkapan injeksi sudah jadi, otomatis biayanya dapat ditekan lagi. Menarik ya?

Bintang Racing Team : (021) 8790 8958

Penulis: Rangga Kosala

Editor : Panji Nugraha
Sumber : Tabloid OTOMOTIF

Sobat bisa berlangganan Tabloid OTOMOTIF lewat www.gridstore.id.

Atau versi elektronik (e-Magz) yang dapat diakses secara online di : ebooks.gramedia.com, myedisi.com atau majalah.id



KOMENTAR

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

YANG LAINNYA

loading
SELANJUTNYA INDEX BERITA
Close Ads X
yt-1 in left right search line play fb gp tw wa