Otomotifnet.com - Tak hanya mobil bermesin diesel dengan sistem bahan bakar direct injection saja yang wajib memperhatikan penggunaan bahan bakar.
Begitu pula terhadap mobil bermesin bensin direct injection (Gasoline Direct Injection/GDI), tak boleh asal ‘nenggak’ bensin.
Apalagi sampai nekat beli bensin eceran di pinggir jalan, yang kita tidak tahu kualitasnya.
Sebab, umumnya mesin jenis ini punya rasio kompresi yang cukup tinggi, contohnya Mazda CX-5 bermesin SKYACTIV direct injection, kompresinya tercatat mencapai 13,0 : 1.
Baca Juga: Suzuki Splash Dipasangi Fitur Start Stop Button, Begini Caranya!
Sementara mesin GDI yang dikombinasi turbocharger atau supercharger, jangan kecele dengan rasio kompresi di atas kertas yang biasanya tercatat rendah.
Sebab, saat sistem force induction tersebut aktif, akan membuat tekanan kompresi di ruang bakar naik drastis.
“Jika menggunakan bahan bakar dengan kualitas tidak bagus atau angka oktannya tidak sesuai, selain performa mesin jadi tidak maksimal, juga dikhawatirkan akan cepat menimbulkan deposit di dalam ruang bakar maupun pada saluran bahan bakarnya,” bilang Judy P. Pangestu, Direktur BG Indonesia.
Misalnya pada VW Polo 1.2 TSI, yang mesinnya sudah turbo direct injection, compact hacthback asal Jerman ini menurut data spesifikasinya mengusung rasio kompresi 10,5: 1.
Oleh pabrikannya (VW) disarankan minimal pakai bahan bakar beroktan 95, yang lazimnya untuk mesin berasio kompresi 12-an.
Bila menggunakan yang di bawah itu, cenderung akan membuat pembakaran di ruang bakar jadi kurang sempurna, sehingga lebih cepat meninggalkan deposit.
Perlu diketahui, mesin GDI itu waktu semprotan bensinnya dirancang sangat presisi, dan hanya berlangsung sepersekian detik dari titik nyala busi.
Sehingga kemungkinan ada kabut bensin terbuang percuma saat overlap klep, tidak terjadi lagi.
Nah, bila bensin yang digunakan oktannya tidak sesuai atau lebih rendah, bensin tersebut cenderung akan terbakar duluan sebelum waktunya, lantaran terkena rambatan panas dari tekanan kompresi yang tinggi.
Ini lah yang kerap menimbulkan deposit di ruang bakar.
Nah, selain harus memperhatikan kualitas bahan bakar, disarankan pula melakukan perawatan ekstra pada mesin jenis ini.
Perawatan ekstra tersebut contohnya dengan melakukan treatment khusus, agar ruang bakar maupun saluran bahan bakarnya selalu terjaga bersih.
Antara lain bisa menggunakan chemical pembersih khusus kayak fuel injector cleaner.
Pasalnya, mesin direct injection rata-rata memiliki pressure bahan bakar yang sangat tinggi dibanding mesin injeksi konvensional.
Bisa dibayangkan kalau injektornya yang berada di dalam ruang bakar tersumbat tumpukan kerak, sudah pasti akan membuat performa mesin jadi drop, bahkan cepat mengalami overheat lantaran semprotan bahan bakarnya tidak optimal.
Di pasaran produk sejenis ini banyak kok pilihannya, seperti STP, Liqui Moly, BG Products dan lain sebagainya.
“Untuk produk BG, ada beberapa pilihan chemical pembersih yang sudah bersertifikasi GDI dari Amerika, sebut Judy.
Mulai dari GDI Intake Valve Cleaner, Fuel Injector & Combustion Chamber Cleaner dan 44K Fuel System Cleaner.
Untuk pemakaian GDI Intake Valve Cleaner dan Fuel Injector Cleaner & Combustion Chamber Cleaner, lanjut Judy, pihaknya menggunakan alat khusus, yang disuntik ke bagian intake dan slang bahan bakar yang menuju injector.
Editor | : | Panji Nugraha |
KOMENTAR