Yudy pun menuturkan selama masa pandemi, tren pembelian mobil bekas didominasi oleh mobil bekas kelas middle up dengan harga diatas Rp 200 juta, seperti mobil Mitsubishi Pajero Sport, Toyota Innova, hingga Fortuner.
Sementara untuk pasar mobil bekas yang terdampak ialah mobil bekas middle low, dengan harga dibawah Rp 200 juta.
“Kalau saya lihat hal ini dipengaruhi karena pangsa pasar mobil middle up, kondisi ekonomi masyarakatnya tidak begitu terpengaruh dengan adanya pandemi ini. Sedang masyarakat menengah kebawah yang menjadi pangsa pasar dari mobil middle low mengalami dampak dari adanya pandemi seperti pemotongan gaji dan sebagainya, sehingga penjualannya pun terdampak,” terangnya.
Untuk pembeli di Carsentro tidak hanya berasal dari Kota Semarang saja, melainkan menyeluruh dari berbagai kota di Jawa Tengah, diantaranya seperti Kudus, Rembang, Pati, Tegal.
Baca Juga: Kijang Innova Tahun 2004 Siap Pakai, Ada 5 Varian, Mulai Rp 60 Jutaan
Sementara itu, melihat tren penjualan mobil bekas saat ini, Yudy pun tetap optimis hingga akhir tahun kondisi akan membaik, meskipun belum sepenuhnya dapat menyamai penjualan sebelum adanya pandemi Covid-19.
Adapun beberapa cara yang dilakukan Carsentro untuk menggaet konsumen dimasa pandemi ini, seperti dengan memberikan promo pembelian berupa voucher servis dan memberikan penawaran layanan pembelian mobil bekas secara online maupun offline kepada konsumen.
Eddy Soeprapto, pemilik dealer Eddy Puri Mobil di bursa mobil bekas Carsentro juga mengatakan hal yang senada. Menurut Eddy, saat ini penjualan mobil bekas di dealer miliknya sudah mulai menunjukkan peningkatan.
“Dulu sewaktu awal ada pandemi, penjualan hanya berkisar 5 unit mobil per bulannya, itu saja sudah sangat saya syukuri. Sekarang ini, perlahan-lahan sudah mulai meningkat, sebulan bisa terjual hingga 10 unit mobil per bulannya,” ucap Eddy.
Baca Juga: Kijang Innova Bekas Siap Pakai, Tahun 2004 Dijual Mulai Segini
Dimasa pandemi ini, Eddy juga menuturkan konsumen rata-rata melakukan pembelian secara cash, daripada kredit.
“Sekarang ini lebih banyak yang beli cash, sekitar 95 persen. Sedangkan sisanya masih ada yang memilih melakukan kredit,” ujarnya.
Editor | : | Panji Nugraha |
KOMENTAR