Setelah motor menyala, lanjut dilarikan ke atas dynamometer. Diawali dengan light load dyno untuk mengecek sistem. Habis itu baru bisa full tuning seperti biasa di atas dyno.
Setelah itu, dilakukan road tuning atau tes jalan untuk mengetes driveability. “Tes jalan hasilnya dilihat di ECU logger,” tambahnya.
Dalam riset ini tentu ada kendala. Yang paling dirasakan, gas jadi lebih berat, karena per di APS aslinya untuk pedal kaki.
Selain itu, menurut Ipul fitting kabel dan braket di motor lebih susah dan lama karena tempat yang terbatas.
Namun, tentu juga diiringi dengan beberapa kelebihan. “Bisa mendapat power delivery semau kita. Dengan mengontrol bukaan TBW,” ujar Ipul.
Bisa pula dibikin punya pilihan riding mode, seperti di CBR250RR. Tapi di Vespa ini belum dikasih, dengan pertimbangan tenaga standar tidak besar, masih dapat dikontrol.
Lalu dengan TBW bukaan throttle juga bisa dibatasi. Misal ketika full throttle di putaran mesin 6-8 ribu rpm, throttle body hanya membuka 80 persen.
Jadi tenaga yang disalurkan bisa lebih terkontrol. Sistem ini juga dapat difungsinya menjadi semacam traction control.
Kalau di motor kopling atau sport, bisa pula sebagai auto blipper.
Editor | : | Antonius Yuliyanto |
Sumber | : | Tabloid OTOMOTIF |
KOMENTAR