Balik ke kisahnya di road race tanah air, di tahun 1998 Jayadi bikin tim pribadi bernama Adi Jaya Motor (AJM), yang dikhususkan untuk turun di balap non-kejurnas.
“Karena tim pabrikan cuma turun kejurnas, sementara race kejurnas sedikit, jadi biar sering balapan makanya bikin tim sendiri,” tuturnya memberi alasan.
Sejak 1998 itu pula ketika turun kejurnas dan satu tim dengan Hendriansyah ternyata banyak cerita menarik.
Salah satunya soal motor. Karena motor utama yang mana hasil racikan Jepang cuma ada satu, Jayadi harus mengalah pada Hendriansyah.
Baca Juga: Vespa LX Jadi Besutan Drag Race, Mesin 225 Cc, Best Time 8,289 Detik!
“Alasan Obos saat itu katanya karena saya lebih senior, jadi harus mengalah pada yang pemula, saat itu Hendri baru dari seeded B, jadi saya pakai motor yang bikinan lokal.”
“Enggak heran di seri awal-awal performa motor kalah, jadinya poin tertinggal. Giliran mau akhir seri motor udah kencang dan setara yang Jepang, serinya keburu habis, hahaa...” cerita Jayadi berapi-api.
Pindah Pabrikan
Kiprah ayah 3 anak ini di Yamaha akhirnya berakhir di 2001, yang kemudian ngegas Honda Tena, baik di tim sendiri AJM, maupun di Star Motor yang digawangi almarhum Benny Djati Utomo.
Nah di Star Motor, ternyata Jayadi bukan kontrak langsung dengan tim milik Benny Djati.
“Jadi saya kontraknya dengan SKF, nah mereka ngasih tahu kalau kejurnas ngegasnya motor Pak Benny,” tutur ayah dari Hiroshi, Anjani dan Abian ini.
Editor | : | Antonius Yuliyanto |
KOMENTAR