Otomotifnet.com - Ahmad Jayadi merupakan salah satu nama besar di dunia road race tanah air.
Selama hampir 30 tahun, sejak 1993 hingga saat ini, kehidupannya tak pernah jauh-jauh dari dunia motor dan balap.
Kiprah di Balap
Kiprah Jayadi, yang dari kecil biasa disapa Adi, telah dimulai sejak 1993, yang mana kala itu diawali ikut balap one make race (OMR) Yamaha yang bernama Yamaha Sunday Race di Ancol.
Kala itu turun di dua kelas, pakai Yamaha Force-1 dan RX King.
Yang unik, karena blok motornya sudah dia korek sendiri, sementara turun di kelas standar khusus pelajar, akhirnya blok diganti dengan pinjam milik temannya.
Baca Juga: Scuto Dan Ahmad Jayadi, Resmikan Jasa Layanan Coating Khusus Motor
“Setelah itu di paddock disamperin Obos (Edmond Cho, manajer tim balap Yamaha saat itu), ditawarin untuk ikut latihan sama tim pabrikan,” cerita Jayadi ketika disamperin ke bengkelnya yang berada di kawasan Pondok Gede, Bekasi.
Dan akhirnya mulai 1994 Jayadi dikontrak masuk tim pabrikan, “Kontrak pertama cuma dapat wearpack dan helm, itu aja udah seneng banget, soalnya balap ke mana-mana udah gak perlu keluar duit,” lanjut kelahiran Pondok Gede, Bekasi, 23 Oktober 1976 ini.
Kiprahnya di tim pabrikan Yamaha sejak tahun pertama cukup moncer, makanya di tahun 1995-1997 pembalap bernomor start 17 ini dikhususkan untuk tampil di kancah Asia alias ARRC (Asia Road Racing Championship).
Di medio itu pula, Jayadi sempat dikirim ke Catalunya Spanyol untuk belajar balap di tempat Kenny Roberts.
“Yang kirim dari pihak Phillip Morris (Marlboro), pas itu yang diberangkatkan ada beberapa pembalap dari Indonesia, Malaysia dan Thailand,” tutur suami Anita ini.
Nah proses keberangkatan ke Spanyol ini ternyata ada cerita seru, karena ketika Jayadi sudah di Malaysia, untuk kumpul bersama perwakilan dari negara lain, ternyata belum pegang visa untuk ke Spanyol!
“Ditanyain tuh sama Ron Hogg (promotor ARRC), karena sama dia berangkatnya, kok visa kamu belum ada katanya,” lanjut Jayadi.
“Akhirnya pulang tuh ke Indonesia, untungnya ada yang bantuin dan akhirnya visa sehari jadi, hahaa...” kekeh Jayadi yang ternyata anak seorang ustad ini.
Baca Juga: 30 Tahun OTOMOTIF: Koh Apeng CMS, Tetap Eksis Dengan Label Baru
“Lalu setelah itu mesti menyusul sendiri ke Spanyol, seru ini mana bahasa inggris pas-pasan kan, jadi nekat aja, pas transit saat nanya ke petugas pakai bahasa tarzan lah, hahaha... tapi akhirnya sampai juga,” lanjut sambil tertawa.
Di Catalunya, selain ada Kenny Robert, ternyata Jayadi juga dilatih oleh Sete Gibernau, dan latihannya adalah dirt track yang bertujuan untuk berlatih mengontrol motor.
Di medio ini pula, tepatnya di 1996 dan 1997, Jayadi jadi salah satu pembalap Indonesia yang turun sebagai wildcard di GP125 di Sentul naik TZ125, tentu tarung bareng Valentino Rossi.
Balik ke kisahnya di road race tanah air, di tahun 1998 Jayadi bikin tim pribadi bernama Adi Jaya Motor (AJM), yang dikhususkan untuk turun di balap non-kejurnas.
“Karena tim pabrikan cuma turun kejurnas, sementara race kejurnas sedikit, jadi biar sering balapan makanya bikin tim sendiri,” tuturnya memberi alasan.
Sejak 1998 itu pula ketika turun kejurnas dan satu tim dengan Hendriansyah ternyata banyak cerita menarik.
Salah satunya soal motor. Karena motor utama yang mana hasil racikan Jepang cuma ada satu, Jayadi harus mengalah pada Hendriansyah.
Baca Juga: Vespa LX Jadi Besutan Drag Race, Mesin 225 Cc, Best Time 8,289 Detik!
“Alasan Obos saat itu katanya karena saya lebih senior, jadi harus mengalah pada yang pemula, saat itu Hendri baru dari seeded B, jadi saya pakai motor yang bikinan lokal.”
“Enggak heran di seri awal-awal performa motor kalah, jadinya poin tertinggal. Giliran mau akhir seri motor udah kencang dan setara yang Jepang, serinya keburu habis, hahaa...” cerita Jayadi berapi-api.
Pindah Pabrikan
Kiprah ayah 3 anak ini di Yamaha akhirnya berakhir di 2001, yang kemudian ngegas Honda Tena, baik di tim sendiri AJM, maupun di Star Motor yang digawangi almarhum Benny Djati Utomo.
Nah di Star Motor, ternyata Jayadi bukan kontrak langsung dengan tim milik Benny Djati.
“Jadi saya kontraknya dengan SKF, nah mereka ngasih tahu kalau kejurnas ngegasnya motor Pak Benny,” tutur ayah dari Hiroshi, Anjani dan Abian ini.
Nah membahas Honda Tena, ternyata juga ada cerita menarik.
Di awal ngegas ayam jago asal Thailand itu, ternyata besutan Jayadi di Star Motor tak bisa langsung kencang, walaupun di tahun 2001 rekan setimnya, Rafid Poppy Sugiarto juara nasional.
“Memang aku join di Star Motor gak mulus. Singkat cerita Pak Benny gak dengerin aku, jadi komen aku dianggap bertolak belakang dengan Poppy yang tahun sebelumnya juara nasional.”
“Singkat cerita aku beli Tena yang biru, itu bekas juara di Thailand, nyampe sini pertama dipakai di kejurda di Garut diundang Asep Hendro (AHRS), ternyata aku dioverlap,” lanjutnya.
“Setelah dibongkar ternyata kondisi motor parah, kruk as oblak, blok baret dan lainnya. Akhirnya order crankcase, blok, dan lainnya lalu dikorek dan seting sendiri.”
“Setelah jadi dipakai ikut OMR Suzuki plus dan ternyata Tena menang. Singkat cerita Pak Benny kebuka, akhirnya bilang ‘udah deh lu seting sendiri motormu, yang penting motor kita kenceng’, dan akhirnya jadi juara nasional di 2002 (underbone 110 cc),” lanjut Jayadi yang sekarang sedang hobi main sepeda.
Kiprah Jayadi di road race kembali berubah haluan setelah juara nasional di 2002 naik Tena, di 2003 pindah ke pabrikan Suzuki, dengan bikin Suzuki Jayadi Racing Team, tentunya naik RG Sport hingga 2004.
Lalu tahun berikutnya turun di kelas supersport naik Suzuki GSX-R600, termasuk ikut ARRC.
Dan salah satu kenangan terindah menurutnya saat podium 3 di ARRC Sentul 2007.
“Bisa ngalahin tim-tim yang lebih besar rasanya bangga banget, padahal saya merangkap semuanya termasuk jadi chief mechanic. Jadi seting motor pun dilakukan sendiri,” lanjutnya dengan logat betawi yang kental.
Kemudian seiring meredupnya Suzuki baik di penjualan maupun balap, Jayadi pindah ke Honda di 2010 dengan bikin tim Honda Denso Castrol NHK Jayadi Racing Team.
Bersama Honda timnya masih berlangsung hingga sekarang, walaupun balapannya masih terhenti karena pandemi Covid-19.
Punya 3 Bengkel
Selain tim balap, sejak 1998 pula Jayadi punya bengkel, malah saat bersama Suzuki mulai punya bengkel resmi.
Dan setahun setelah tim balapnya pakai Honda, tepatnya di 2011, bengkel resmi Suzuki ganti jadi bengkel resmi Honda (AHASS) tipe 2S (service & spare part) bernama Jayadi Motor.
Malah tak berhenti di situ, di 2014 bengkel AJM mengembangkan sayap dengan membuka AJM Skuter, yang didedikasikan untuk menangani skutik, khususnya tentu saja Vespa.
Lokasi AJM Skuter bersebelahan dengan AHASS Jayadi Motor, tepatnya berada di Jl. Raya Pondok Gede No. 1, Jatiwaringin, Pondok Gede, Bekasi, Jawa Barat.
Dan AJM Skuter pun semakin berkembang, di 2018 buka AJM Skuter Cibubur, berada di Jl. Alternatif Cibubur, Jatisampurna, Bekasi, Jawa Barat.
“Ke depan plannya buka cabang yang skuter lagi, tapi lokasinya di mana masih dipantau dulu sambil ngumpulin amunisi,” terangnya.
Sejarah Panggilan Ompong
Di era keemasannya, Ahmad Jayadi punya panggilan ‘mesra’ Ompong, nah gimana sih ceritanya?
Ternyata memang ketika itu giginya ada yang tanggal alias ompong, efek jatuh nabrak angkot saat SMP di akhir 1991.
“Waktu itu jatuh pas SMP main motor di jalan raya, bolos pulang sekolah mau ke bilyar sama anak-anak, ada angkot mau belok aku nabrak belakangnya dan masuk kolong, naik Yamaha Champ,” papar Jayadi kecil dan besarnya di Pondok Gede.
Kedekatan dengan OTOMOTIF
Ahmad Jayadi mengakui jika kesuksesan karirnya selama ini juga ada peran dari OTOMOTIF.
“Menurut saya OTOMOTIF jasanya sangat besar, saya bisa dikenal orang juga dari OTOMOTIF."
"OTOMOTIF selalu mendampingi saya ke mana saya race, bahkan sampai sekarang masih sering jadi narasumber."
"Kalau bisa dibilang, saya gak bisa apa-apa kalau gak ada OTOMOTIF di karir saya,” pungkasnya.
Editor | : | Antonius Yuliyanto |
KOMENTAR