Otomotifnet.com - Bos Ducati Gigi Dall'Igna lontarkan usulan yang bikin gaduh.
Yakni penggunaan mesin hybrid di MotoGP.
Terkait usulan tersebut, banyak pihak yang menentang, seperti KTM dan Aprilia.
Alasan usulan itu sebagai bagian dari peralihan MotoGP menuju energi terbarukan di masa depan.
Menurut Gigi, selain memikirkan cara membuat BBM yang lebih efisien, penggunaan mesin hybrid juga harus dipikirkan karena lebih efisien dari pada mesin yang sekarang.
Dall'Igna menilai mesin hybrid juga tak akan menghilangkan ciri khas dari motor MotoGP itu sendiri.
"Kami harus melihat solusi untuk mengembangkan efisiensi mesinnya. Efisiensi adalah kunci masa depan," ujar Dall'Igna dilansir dari Speedweek.
"Kupikir kami harus berpikir berbeda dibandingkan hanya memakai mesin pembakaran internal saja," jelasnya.
Usul yang dikemukakan Gigi Dall'Igna ini tentu tak mudah untuk diwujudkan.
Karena biaya pengembangan mesin hybrid ini sama sekali tidak murah jika berkaca dari ajang balap Formula 1.
"Tentu harus memperhatikan biaya. Tapi ada beberapa komponen yang seragam seperti ECU, atau baterai dan motor listriknya," sebutnya.
"Jika dibuat seragam, maka biayanya tidak akan semahal itu," sambung insinyur asal Italia ini.
"Tapi aku belum melakukan studi soal ini. Itulah kenapa aku belum bisa memastikan soal berat, biaya dan lainnya," ujarnya.
"Pada akhirnya konsep ini masuk akal jika dilakukan dengan benar. Tergantung seefisien apa mesin yang ingin kau buat," jelasnya.
Usulan Dall'Igna ini mendapat banyak tentangan, salah satunya dari KTM.
"KTM tak tertarik membuat mesin hybrid. Karena sistem ini sudah tidak lagi akan dikembangkan dan konsepnya sangat mahal," ujar Sebastian Risse, Manajer Teknis KTM.
"Jika kau bisa menggunakan bahan bakar nonfosil 100% di 2016, kenapa harus membuat membuatnya lebih rumit lagi," jelasnya.
Sedangkan bos Aprilia, Massimo Rivola, mengingatkan agar MotoGP tak ikut dalam salah satu kesalahan F1.
"Haha, lupakan itu. Kau lupakan saja itu, yakin. Kupikir salah satu kesuksesan F1 adalah suara mesinnya, dari V12, V10 dan mesin pembakaran internal lainnya. Itu mesin yang indah," ujar Rivola.
"Kita harus menghindari kesalahan F1 yang mengubah total suara mesinnya. Di F1, hybrid-nya adalah versi yang jauh lebih canggih, tapi tetap saja adalah mesin pembakaran internal yang memakai booster elektrik," jelas pria yang pernah bekerja di F1 ini.
Menurut Rivola, Ducati belum memikirkan soal booster ini, tapi hanya memikirkan efisiensi energi kinetiknya saja.
"Tapi mungkin saja kita akan mengambil langkah itu, aku juga tak mau bilang tidak. Tapi prioritasnya sekarang adalah pengurangan emisi CO2, di seluruh dunia," sambungnya.
Seperti pendapat-pendapat sebelumnya, Rivola juga yakin mesin hybrid terlalu mahal dan rumit untuk MotoGP, terlalu banyak minusnya.
Menambah baterai ataupun perangkat-perangkat hybrid lainnya juga akan membuat motor berat.
"Prioritasnya jelas, kami harus tetap memberikan pertunjukan bagus dan dengan kadar emisi nol. Tampak ke depannya emisinya akan menjadi nol dengan bahan bakar alternatif. Jika bisa melakukannya, itu akan hebat," sambungnya.
"Tujuan kita adalah 100 persen memakai bahan bakar sintetis di MotoGP 2027," jelasnya.
Saat ini, banyak perusahaan minyak yang sedang mengembangkan bahan bakar ramah lingkungan.
Baik MotoGP dan F1 sama-sama ambil bagian dalam pengembangan bahan bakar ini, tiap tahunnya akan ada aturan yang mengatur kadar penggunaan bahan bakar fosil.
Baca Juga: Ducati Serius Ikut MotoE 2023, Pamer Sportbike Listrik Berteknologi Desmosedici GP
Editor | : | Panji Nugraha |
Sumber | : | GridOto.com |
KOMENTAR