Otomotifnet.com – Pada beberapa kasus kendala pada transmisi otomatis alias matik, terutama jenis torque converter, ternyata tak melulu harus dilakukan overhoul transmisi.
Contoh seperti yang dialami Suwandi pada Nissan Serena C24 miliknya yang setiap perpindahan gigi, putaran mesin selalu loncat pada rpm yang terlalu tinggi, yakni di 3.000-an rpm.
Sementara normalnya menurut Wandi, sapaan akrabnya, bermain di angka 2.000-an.
Akhirnya ia memutuskan untuk mencoba salah satu produk oil treatment untuk transmisi matik buatan lokal.
Baca Juga: Sama Jenis CVT, Transmisi Matik Xpander dan Avanza Punya Perbedaan Teknis
Hasilnya, kendala itu langsung hilang dan perpindahan gigi kembali normal di rpm 2.000-an.
Lalu masalah lain pada transmisi matik juga dialami Bayu pada Toyota Harrier keluaran 2006.
Setiap pagi hari atau ketika mesin dalam kondisi dingin, usai mesin dinyalakan dan transmisi masuk di D, ketika digas mobil enggak mau jalan.
“Mesti nunggu mesinnya benar-benar panas sampai fan nyala, baru mau jalan,” tutur warga Sentul, Bogor ini.
Begitu diakali menggunakan oil treatment untuk transmisi matik, ternyata problem tersebut langsung teratasi.
Nah, yang jadi pertanyaan adalah masalah-masalah seperti tadi itu penyebabnya apa?
“Umumnya kendala-kendala seperti ini akibat tekanan hidrolik pada transmisi mengalami kebocoran,” analisa Sumarno, mantan trainer mekanik di salah satu pabrikan Jepang.
Kalau apda kasus yang dialami Harrier Bayu, lanjut Sumarno, karena tekanan hidroliknya turun, jadinya enggak engage gear D-nya alias enggak masuk gigi D.
Sementara pada problem yang dialami Wandi, ada kemungkinan tekanan hidroliknya tidak menekan plat kopling secara maksimal, sehingga terjadi slip sesaat.
Seperti kita ketahui bahwa pada transmisi matik konvensional ini masih terdapat kopling dan plat geseknya untuk mentransfer tenaga.
Nah, kebocoran tekanan hidrolik tersebut kata punggawa Masmun Sukses Motor di Solo, Jawa Tengah ini, umumnya diakibatkan o-ring seal piston sudah aus.
“Kalau di bengkel, masalah-masalah tersebut pasti sudah disaranin overhaul transmisi, yang estimasi biayanya bisa Rp 15-20 jutaan,” tukasnya.
Padahal untuk bila hanya karena tekanan hidrolik berkurang, lanjutnya, coba dulu aplikasi oil treatment yang mengandung zat additive hydraulic pressure enhancer.
Tapi ia tidak menyarankan menggunakan oil treatment ini bila oli transmisi sudah lama atau bahkan belum pernah diganti.
“Karena umumnya ada kandungan self cleaning-nya juga, kalau olinya sudah banyak lumpurnya malah dikhawatirkan bisa merusak transmisi,” jelasnya.
Editor | : | Andhika Arthawijaya |
KOMENTAR