Otomotifnet.com - Pro kontra muncul terkait usulan kenaikan tarif bus Transjakarta.
Rinciannya, bus BRT dan non-BRT serta transjabodetabek naik menjadi Rp 4.000 sepanjang hari atau Rp 5.000 sepanjang hari, atau Rp 4.000 pukul 05.00 WIB-19.00 WIB atau Rp 5.000 pukul 19.00 WIB-22.00 WIB.
Menanggapi hal tersebut, penumpang transjakarta bernama Natalia (29) mengaku berkeberatan apabila tarif bus naik.
"Kalau saya pribadi agak keberatan, ya. Karena kan enggak semua orang bisa mampu," kata Natalia saat ditemui di Halte Transjakarta Monas (11/4/2023).
Natalia beralasan, tidak semua penumpang transjakarta memiliki pendapatan yang besar.
Dengan tarif Rp 3.500 saat ini, penumpang hanya perlu mengeluarkan biaya Rp 140.000 per bulan dengan perhitungan pulang-pergi menggunakan transjakarta selama lima hari kerja sepekan atau 20 hari kerja sebulan.
Bahkan, biaya yang dikeluarkan penumpang lebih murah lagi jika berangkat menggunakan transjakarta pada pukul 05.00-07.00 WIB.
Sebab, tarif transjakarta pada pukul 05.00-07.00 WIB hanya Rp 2.000.
Namun, jika tarif transjakarta naik menjadi Rp 5.000 sepanjang hari, penumpang harus mengeluarkan uang lebih banyak, mencapai Rp 200.000 per bulan.
"Kita enggak bisa berpatokan dengan seperti itu," katanya.
Selain itu, Natalia berpendapat bahwa saat ini masyarakat Indonesia masih dalam fase pemulihan ekonomi pascapandemi.
"Tapi kemungkinan kalau Rp 4.000 agak dikasih jeda. Jangan di tahun ini, mungkin tahun depan," ujar Natalia.
"Kalau memang ada wacana itu, sosialisasikan dan mungkin (baru diterapkan) di tahun depan," sambungnya.
Jonathan (26) memiliki pendapat lain.
Jonathan mengaku tak mempermasalahkan usulan kenaikan tarif transjakarta.
Namun, pelayanan PT Transjakarta, khususnya dari segi kuantitas armada, harus ditingkatkan.
"Untuk kenaikan harga enggak apa-apa, asal armada dan fasilitas busnya ditambah," kata Jonathan saat diwawancarai.
"Saya biasa naik ke arah PGC bus 5C. Masih merasa kurang (jumlah armadanya) untuk saat ini," tambah Jonathan.
Pendapat lain disampaikan Mutia (21).
Mutia menyadari bahwa pemerintah tengah gencar mengajak masyarakat untuk beralih menggunakan tranportasi publik.
Karena itu, menurut Mutia, kenaikan tarif transjakarta bukan langkah yang tepat.
"Dengan kebijakan itu, sepertinya (kenaikan tarif) perlu dipertimbangkan lagi. Semua orang mungkin mau naik transportasi publik karena harganya yang murah," ujar Mutia.
Di sisi lain, Mutia juga sependapat dengan Jonathan bahwa armada bus rute 5C masih kurang sehingga menyebabkan antrean panjang di halte pada jam-jam sibuk.
Hal serupa dirasakan oleh Tedi (45). Dia mengeluhkan antrean panjang saat menunggu kedatangan bus rute 5C.
"Kalau pelayanan lebih baik, setuju (tarif naik). Sekarang masih ngantre begini, armada seharusnya ditambah," kata Tedi.
Sebagai informasi, PT Transjakarta meminta pendapat melalui sebuah cuitan di Twitter terkait usulan kenaikan harga ini.
"Adanya usulan penyesuaian tarif transjakarta dari Dewan Transportasi Kota Jakarta (DTKJ) menjadi Rp 4.000 dan Rp 5.000 pada waktu sibuk (07.01-10.00 dan 16.01-21.00)," demikian yang tertulis dalam akun Twitter PT Transjakarta.
Dalam cuitan yang sama, PT Transjakarta meminta saran dari warganet terkait usulan kenaikan tarif layanan tersebut. Kata BUMD DKI Jakarta itu, warganet bisa memberikan saran melalui situs bit.ly/TarifTJ.
Warganet bisa memberikan saran hingga 13 April 2023.
"Sampaikan pendapat Sahabat TiJe atas gagasan kalian dengan cara scan QR code yang tertera atau melalui link bit.ly/TarifTJ. Suara Sahabat Tije sangat berarti untuk Transjakarta! Pengisian suvey sampai tanggal 13 April 2023 yaa," tulis admin akun Twitter PT Transjakarta.
Baca Juga: Bandung Raya Bakal Tiru Jakarta, Siapkan Bus Khusus Dengan Jalur Sendiri, Ini Rutenya
Editor | : | Panji Nugraha |
KOMENTAR